Sri Mulyani Tarik Utang Baru Rp 483,6 Triliun hingga November 2024

11 Desember 2024 17:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan pemerintah telah menarik utang baru atau pembiayaan utang Rp 483,6 triliun hingga 30 November 2024. Angka ini setara 74,6 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp 648,1 triliun.
ADVERTISEMENT
“Hingga November, pembiayaan utang mencapai Rp 483, triliun," kata Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (11/12).
Berdasarkan catatan kumparan, realisasi penarikan utang meningkat sekitar Rp 45,5 triliun dalam kurun waktu satu bulan. Pada Oktober 2024, realisasi pembiayaan anggaran melalui utang sebesar Rp 438,1 triliun.
Secara rinci, Thomas menjelaskan, pembiayaan utang pemerintah masih didominasi oleh penerbitan surat berharga negara (SBN). Realisasi penerbitan SBN mencapai Rp 437,2 triliun, setara 65,6 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 666,4 triliun.
Sementara itu, realisasi pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman nilainya mencapai Rp 46,4 triliun.
“Ini masih dalam level terkendali, dengan tetap difokuskan menjaga kesinambungan anggaran," ungkapnya.
“Realisasi pembiayaan hingga November ini menunjukkan pemerintah terus hati-hati dalam mengelola pembiayaan dengan mempertimbangkan outlook defisit APBN, kondisi likuiditas pemerintah serta dinamika pasar keuangan,” tegas Thomas.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan angka penarikan utang baru yang meningkat dipicu oleh tekanan yang dialami oleh APBN. Pada November 2024, APBN tekor Rp 401,8 triliun.
"(Pembiayaan) ini tumbuh cukup tinggi karena tahun lalu kita cukup mendapatkan penerimaan besar yang berasal dari perekonomian dan komoditas," kata Sri Mulyani.