Sri Mulyani: UMKM Masih Dapat Bunga Tinggi Saat Pinjam ke Bank

20 April 2021 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sri Mulyani belanja produk UMKM. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sri Mulyani belanja produk UMKM. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan sejumlah tantangan UMKM untuk bisa ekspor. Salah satunya yaitu sulitnya untuk mendapatkan pembiayaan.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, para pelaku UMKM masih mendapatkan suku bunga yang tinggi saat meminjam uang ke bank. Selain itu, waktu dan proses untuk mendapatkan pinjaman tersebut pun relatif lama.
"UMKM kita agunan terbatas, mereka sering dihadapkan suku bunga tinggi saat akses pendanaan ke lembaga keuangan, dan waktu serta proses yang lama untuk dapat pinjaman, serta minimnya akan pembukuan," ujar Sri Mulyani dalam webinar Sekolah Ekspor: Memacu Ekspor UKM, Selasa (20/4).
Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk membantu pembiayaan para UMKM, yakni dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun suku bunga KUR diberikan subsidi menjadi hanya 3 persen hingga Juni 2021, dengan plafon yang meningkat menjadi Rp 253 triliun.
"Pemerintah berupaya untuk terus turunkan suku bunga untuk UMKM. KUR merupakan salah satu contoh di mana kegiatan dan aktivitas mendukung UMKM ditingkatkan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain bunga pinjaman yang tinggi, para pelaku UMKM juga masih banyak yang belum mengetahui mengenai legalitas, seperti memiliki NPWP hingga pengurusan sertifikat produk.
"Ini pekerjaan rumah bagi pemerintah, bagaimana untuk menyederhanakan dan UMKM harus memperhatikan legalitas," jelasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Selain itu, pendampingan bagi UMKM juga masih belum maksimal. Menurut Sri Mulyani, pendampingan adalah hal penting dalam meningkatkan tata kelola perusahaan dan meningkatkan daya saing produk.
Tantangan selanjutnya adalah masalah produksi. Sri Mulyani menyebut, standardisasi produk yang minim menjadi penghalang UMKM nasional menembus pasar global.
"Terjadi inkonsistensi dari produksi, dan tidak terjadi kontinuitas dari kualitas produknya," katanya.
Terakhir, adalah masalah pemasaran. Menurut dia, terbatasnya informasi UMKM terhadap peluang pasar menjadi salah satu penyebab produknya sulit menembus pasar global. Selain itu, minimnya infrastruktur logistik juga membuat daya saing produk UMKM nasional rendah.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah terus membangun nasional logistik sehingga daya saing dan biaya distribusi bisa menurun," tambahnya.