Sri Mulyani Ungkap Rupiah Lebih Kuat Ketimbang Ringgit Malaysia

3 November 2023 12:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani saat Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani saat Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) berdampak pada lemahnya sejumlah mata uang di dunia. Salah satunya terhadap mata uang Indonesia, rupiah.
ADVERTISEMENT
"Penguatan dolar AS yang terjadi secara signifikan mendorong pelemahan berbagai mata uang negara-negara lainnya termasuk nilai tukar rupiah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Jumat (3/11).
Sri Mulyani menjelaskan, indeks dolar AS (DXY) pada 27 Oktober 2023 meningkat hingga ke level 106,56 atau menguat 2,93 persen secara tahun berjalan (year to date/ytd).
Peningkatan indeks dolar AS tersebut memberikan tekanan depresiasi terhadap mata uang counterpart seperti yen Jepang dan dolar Australia, yang terdepresiasi sebesar 12,61 persen dan 6,72 persen ytd.
"Depresiasi juga terjadi dari mata uang di kawasan sekitar kita seperti ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing turun 7,82 persen ytd dan 4,39 persen ytd," tutur Menkeu.
Sri Mulyani bilang bahwa depresiasi nilai tukar rupiah masih terkendali pada tingkat yang rendah sebesar 2,34 persen ytd. “Langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh BI dan depresiasi nilai tukar rupiah kita relatif baik, yaitu 2,34 persen ytd,” ujar Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani memastikan, ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar rupiah terus diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation (inflasi barang impor).
Upaya lain juga terus diperkuat untuk meningkatkan mekanisme pasar dalam manajemen likuiditas dari institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing ke dalam negeri. Serta memperluas koordinasi dalam rangka implementasi instrumen penempatan DHE SDA.
“Penguatan harmonisasi dari kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan, ini untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro baik dalam menjaga stabilitas sistem keuangan maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi kita,” tandasnya.