Sri Mulyani Waspadai Dampak Luar Biasa dari Krisis Evergrande!

23 September 2021 10:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai dampak krisis perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande, ke perekonomian. Krisis ini dikhawatirkan bisa mengganggu stabilitas sektor keuangan di China maupun secara global.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita harus melihat dengan mewaspadai apa yang terjadi di dalam perekonomian Tiongkok dengan adanya fenomena gagal bayar dari perusahaan Evergrande ini," kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/9).
Evergrande saat ini dibebani kewajiban lebih dari USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.300 triliun. Utang ini bahkan setara 2 persen dari PDB China.
Menurut Sri Mulyani, risiko stabilitas sektor keuangan, utamanya di China, akan terus menjadi perhatian pada minggu-minggu ini. Apalagi, gagal bayar ini terjadi pada satu perusahaan konstruksi real estat yang sangat besar ini memiliki dampak yang luar biasa.
"Di mana total utangnya mencapai USD 305 miliar dan mereka akan mengalami situasi tidak mudah dan memiliki dampak yang luar biasa besar baik pada perekonomian domestik di Tiongkok maupun di dunia," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain krisis Evergrande, Sri Mulyani juga menyoroti risiko pemulihan ekonomi global masih belum usai. Meskipun banyak pihak memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia bisa tumbuh positif pada tahun ini.
"Di sisi d0wnside risk-nya sebetulnya ini belum balik. Varian delta masih harus kita perhatikan, mutasi virusnya juga masih akan terjadi. Dan pemulihan ekonomi yang tidak merata, inflasi di berbagai negara menimbulkan komplikasi," pungkas dia.
Evergrande kini tak punya uang untuk mengembalikan dana ke investor yang sudah jatuh tempo. Investor pemegang obligasi Evergrande, mulai dari korporasi raksasa hingga investor ritel atau per seorangan.
Di antara korporasi raksasa, terdapat perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS), BlackRock. Selain itu HSBC dan UBS disebut sebagai pembeli terbesar obligasi yang diterbitkan Evergrande.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika ancaman kebangkrutan Evergrande, memicu kekhawatiran akan berdampak ke ekonomi China. Karena negara itu merupakan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, kecemasan merebak ke pelaku industri keuangan global, meski hal ini ditepis oleh IMF.