Stafsus Erick Thohir Ungkap Penyebab Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak

3 Februari 2023 15:14 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, ketika ditemui wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (3/2/2023). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, ketika ditemui wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (3/2/2023). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN, Arya Sinulingga, membeberkan penyebab biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membengkak. Proyek itu semula membutuhkan dana USD 6,07 miliar, bengkak menjadi USD 7,5 miliar atau setara Rp 112 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar AS).
ADVERTISEMENT
Arya mengatakan ada dua hal yang membuat biaya kereta cepat tersebut membengkak yaitu masalah tanah dan frekuensi yang berhubungan dengan sinyal.
"Kalau di China mana ada harga tanah? Kalau Indonesia tiga bulan sudah berubah, di Indonesia sejak kapan bisa ngunci harga tanah? Mereka anggap harusnya Indonesia bisa ngunci harga tanah," kata Arya di Kementerian BUMN, Jumat (3/1).
"Kemudian mereka anggap sinyal itu punya negara. Okelah punya negara tapi sudah diserahkan ke Telkomsel," tambahnya.
Meski begitu, Arya mengungkapkan pemerintah akan melakukan negosiasi dengan China untuk mencari jalan tengah. Di sisi lain, Arya memastikan penyelesaian kereta cepat tetap berjalan sesuai jadwal atau timeline.

Biaya Sinyal Kereta Rp 1,3 Triliun

Selain biaya pembangunan, masalah lain di KCJB yang juga masih belum tuntas adalah biaya penggunaan sinyal. Di China, sinyal untuk kereta cepat menggunakan GSMR dengan frekuensi 900 MHz yang dipakai gratis. Sementara di Indonesia, frekuensi ini sudah full dipakai oleh XL, Indosat, dan Telkomsel.
Rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) menjalani uji operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/11/2022). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Karena itu, KCIC harus negosiasi dengan Telkomsel untuk penggunaan frekuensi ini. Artinya, harus ada biaya yang harus dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu Telkomsel menyodorkan proposal, menggunakan konsultan ITB, nilai penggunaan frekuensi ini Rp 3,4 triliun. KCIC berusaha menekan cost overrun dengan negosiasi menjadi Rp 1,3 triliun.
Frekuensi sinyal yang dibutuhkan sekitar 4MHz-5MHz di pita 900 MHz milik Telkomsel untuk mengoperasikan kereta ini. Masalahnya, kontrak sinyal Telkomsel ini bakal berakhir 10 tahun lagi, sedangkan kereta cepat baru akan beroperasi tahun depan dengan masa pakai puluhan tahun.