Starbucks Akan Tutup 8.000 Gerainya Sehari di AS

18 April 2018 8:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Barista Starbucks (Foto: Instagram/ @afrieyan_vido - instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Barista Starbucks (Foto: Instagram/ @afrieyan_vido - instagram)
ADVERTISEMENT
Starbucks Corp (SBUX.O) akan menutup 8.000 gerainya di Amerika Serikat pada 29 Mei mendatang. Penutupan ini hanya dilakukan sehari untuk melatih hampir 175.000 karyawannya tentang cara mencegah diskriminasi rasial di gerai mereka.
ADVERTISEMENT
Pelatihan ini juga merupakan langkah perusahaan untuk mendinginkan ketegangan setelah penangkapan dua pria kulit hitam di salah satu gerai mereka di Philadelphia pekan lalu yang memicu tuduhan Starbucks rasial.
Chief Executive Starbucks Kevin Johnson mengatakan, penutupan 8.000 gerai Starbucks akan berpengaruh pada penjualan yang cukup signifikan. Apalagi ini akan dilakukan pada sore hari. Meskipun begitu, Johnson menuturkan, hal ini harus dilakukan kepada karyawannya.
”Meskipun ini tidak terbatas pada Starbucks, kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi," kata Johnson seperti dilansir Reuters, Selasa (18/4).
Suasana di Starbucks (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Starbucks (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Sebelumnya, Johnson telah meminta maaf atas penangkapan dua pria kulit hitam di gerai mereka dan akan bertanggung jawab atas insiden tersebut. Adapun 6.000 gerai yang berlisensi Strabucks akan tetap buka di AS.
ADVERTISEMENT
"Kami akan membuat materi pelatihan tersedia bagi karyawan di sana, yang dipekerjakan oleh gerai atau bandara tempat mereka berada," ucap dia.
Atas kejadian pekan lalu itu, para pengunjuk rasa menyerukan boikot terhadap perusahaan kopi ini. Tak hanya masalah diskriminasi rasial kepada pengunjung, mereka juga menyoroti isu-isu pelik yang kerap disuarakan Starbucks seperti pernikahan gay, kontrol senjata, dan kemacetan kongres, hubungan ras AS telah terbukti lebih menantang.
Kampanye “Lomba Bersama” 2015 untuk mendorong percakapan tentang topik ini setelah penembakan polisi yang terkenal dari beberapa pria kulit hitam yang tidak bersenjata memicu reaksi keras media sosial.