Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Perusahaan kopi siap saji asal Amerika Serikat (AS), Starbucks , berencana melakukan pemangkasan terhadap sebagian karyawan. Langkah ini diambil untuk memulihkan kondisi perusahaan.
ADVERTISEMENT
CEO Starbucks Brian Niccol menyebut pertumbuhan perusahaan terhambat dengan ukuran tim saat ini. Atas dasar itu, pemutusan hubungan kerja (PHK) bakal ditempuh perusahaan.
“Ukuran dan struktur kami dapat memperlambat kami, dengan terlalu banyak lapisan, manajer tim kecil, dan peran yang difokuskan terutama pada koordinasi pekerjaan," ujar Brian dikutip dari Reuters pada Sabtu (18/1).
Nantinya, rincian PHK untuk mengoptimalkan tim pendukung akan diumumkan pada awal Maret. Niccol menegaskan kebijakan ini tidak mempengaruhi tim di gerai Starbucks. Begitu pula terhadap investasi dan operasional toko.
CEO Starbucks yang baru 4 bulan menjabat itu, telah mengambil serangkaian kebijakan untuk meningkatkan bisnis yang terpukul persaingan dan melemahnya permintaan di AS dan China.
Starbucks juga melakukan penangguhan perkiraan untuk tahun fiskal 2025. Starbucks juga sedang merencanakan renovasi gerai di Amerika Serikat, dengan penambahan beberapa fasilitas agar pelanggan lebih nyaman, utamanya dengan waktu tunggu pelanggan yang dapat kurang dari empat menit.
ADVERTISEMENT
Brian Niccolo sebelumnya ditunjuk sebagai CEO baru menggantikan Laxman Narasimhan, untuk memperbaiki kondisi penjualan yang menurun imbas boikot.
Mengutip Business Insider, Laxman Narasimhan mengundurkan diri sebagai CEO Starbucks setelah 17 bulan ia menduduki jabatan tersebut. Setelah pergantian pimpinan tersebut, saham Starbucks melonjak lebih dari 20 persen setelah pengumuman tersebut.
Starbucks memberikan banyak alasan atas kinerjanya yang buruk. Boikot yang terkait dengan Timur Tengah telah menyebabkan beberapa pelanggan menghindari merek tersebut setidaknya itu menurut Narasimhan kepada para investor bulan lalu.
"Didorong oleh persepsi keliru [boikot] yang banyak dibicarakan tentang merek kami," ujarnya pada pertengahan Agustus 2024.
Ia mengungkapkan ada lingkungan konsumen yang menentang di AS. Sementara di Tiongkok, penjualan telah terpukul oleh pembelanjaan konsumen yang hati-hati dan meningkatnya persaingan.
ADVERTISEMENT
"Keluarnya Laxman Narasimhan sebagai CEO Starbucks tidak mengejutkan investor, karena penjualan perusahaan turun tajam selama 9 bulan terakhir,” tulis analis William Blair, Sharon Zackfia dalam sebuah catatan.
Pada akhir Juli 2024, penjualan Starbucks secara global tercatat turun 3 persen secara tahunan (year on year/yoy), di tengah melemahnya ekonomi AS dan China.