Startup Tak Harus Terus Bakar Duit, Lantas Bagaimana?

25 November 2019 20:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi startup. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi startup. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Mengeluarkan modal besar atau 'bakar duit' bagi startup saat masa-masa awal pengembangan memang seolah tak mengherankan. Sebab, cara itu relatif ampuh untuk menggaet konsumen seperti melalui diskon hingga gratisan.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah startup harus terus 'bakar duit'? Atau ada cara lain yang bisa dilakukan agar pengeluaran modal bisa ditekan? Lebih-lebih jika malah bisa mengatrol agar startup lekas untung?
Managing Partner of Ideosoure Venture Capital, Andi Boediman menilai ada banyak alternatif yang bisa ditempuh startup agar tidak melulu mengandalkan 'bakar duit' dalam menjalankan bisnisnya. Mulai dari konsep kolaborasi promosi hingga menciptakan sistem yang menekan ongkos modal.
"Yang dilakukan Gojek, mereka sudah me-launching yang namanya Go-Play. Sehingga digunakan mereduksi subsidi mereka per transaksi. Menjadi orang berlangganan apps untuk konten dengan Go-Play, cost mereka akan berkurang untuk mensubsidi pelanggan. Nah itu cara-cara mereka yang menarik," ujar Andi ketika ditemui kumparan pada acara Kemlu for Startup: Menarik Investasi Modal Ventura Lokal dan Internasional di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Senin (25/11).
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Andi sepakat bila startup yang telah relatif stabil pertumbuhan keuangannya bisa melakukan Initial Public Offering (IPO). Tujuannya, agar bisa mengoptimalkan sumber pendanaan.
"Startup kita ada yang sudah go public satu, M-Cash, dan itu doing well. Kalau dilihat dari profit, growth-nya bagus banget. Sebenarnya kita perlu menggunakan pasar modal kita untuk melakukan akses terhadap kapital, untuk memanfaatkan bisnis model kita," ungkap dia.
Logo baru Gojek di helm milik mitra pengemudi. Foto: Dok. Gojek
Meski begitu, ia menekankan agar startup juga memiliki berbagai strategi dan pertimbangan yang matang sebelum melakukan IPO. Sebab jika tidak, bukannya untung malah bisa jadi buntung karena tak ada manajemen risiko.
"Untuk growing dengan cara yang tadi (IPO), selama kita bisa nge-balance jangan sampai merugi," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Di tempat yang sama, CEO PT Global Digital Prima (GDP) Venture, Martin Hartono menyampaikan menggaet modal dari pendanaan publik harus dilakukan dengan perhitungan.
"Saya lihat kalau IPO itu kalau (startup) yang modalnya matang. Kalau perusahaan yang modalnya lebih stabil," imbuh Martin.
Hal lain yang perlu jadi perhatian, menurutnya ialah menyesuaikan kebutuhan serta waktu yang tepat untuk eksekusi.
"Mau IPO atau venture capital, you mesti ngerti, investor sama saya (startup) cocok apa enggak," pungkasnya.