Strategi Angkasa Pura II Hadapi New Normal di Industri Penerbangan

13 Desember 2020 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat tipe A-330 milik Batik Air melakukan persiapan untuk menjemput WNI di Wuhan, China, di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Sabtu (1/2). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat tipe A-330 milik Batik Air melakukan persiapan untuk menjemput WNI di Wuhan, China, di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Sabtu (1/2). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
ADVERTISEMENT
Industri penerbangan bakal dipengaruhi perkembangan besar yang terjadi di dunia atau global megatrends. Setidaknya ada enam global megatrends yang berdampak positif dan negatif pada industri aviasi yaitu perubahan iklim (climate change), pergeseran kekuatan ekonomi global (global economic power shift).
ADVERTISEMENT
Selain itu ada cepatnya laju urbanisasi (rapid urbanization), perubahan demografi (demographic changes), teknologi baru (new technologies), dan keterhubungan global (global connectedness).
President Director PT Angkasa Pura II (AP II), Muhammad Awaluddin, mengatakan keenam isu yang termasuk dalam global megatrends harus dipahami dari aspek global, politis, ekonomis, hukum dan demografis. Angkasa Pura II juga sudah mulai menyiapkan strategi menghadapinya.
“Bagi AP II analisis terhadap global megatrends ini membantu menetapkan strategi jangka panjang yang proaktif, bukan reaktif. Analisis tersebut dapat membantu kami mengantisipasi perkembangan pasar dan menghadapi perubahan yang ada di industri. Sehingga, kami dapat menangkap peluang dan meminimalisir dampak negatif,” kata Awaluddin melalui keterangan tertulisnya saar webinar Global Megatrends and Aviation: The Path to Future Wise Organization, dikutip kumparan pada Minggu (13/12).
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Foto: Dok. PT Angkasa Pura II
Awaluddin memaparkan AP II selaku pengelola 19 bandara termasuk Bandara Soekarno-Hatta sudah merumuskan program transformasi strategis atau Transformation Flagship yang telah mengadopsi analisis dari isu-isu global megatrends dan industry game changers.
ADVERTISEMENT
“Kami berkomitmen selalu beradaptasi dengan global megatrends, dengan membuat AP II bertransformasi melalui program Transformation Flagship sejak 2016 lalu hingga saat ini. Ini adalah program transformasi yang terus berjalan dan tidak pernah berhenti,” ujar Awaluddin.

Transformation Flagship Angkasa Pura II

Program Strategic Transformation AP II terdiri dari dua tahap yakni Transformation 1.0 di 2016 - 2020 yang fokus pada pembangunan budaya perusahaan dan dasar digitalisasi. Sementara Transformation 2.0 di 2020 - 2024 yang mengambil thema The Great SHIFT 2024 itu fokus membuat perusahaan semakin adaptif terhadap global megatrends.
Pada akhir 2024, AP II diharapkan mencapai visi menjadi operator bandara nomor satu di ASEAN. Perseroan mencapai visi itu dengan optimalisasi bisnis melalui sejumlah portofolio bisnis baru, termasuk memperluas pasar ke bidang pariwisata dan hospitality.
ADVERTISEMENT
“Secara berkelanjutan kami menganalisis global megatrends, dan sejalan dengan itu kami mewujudkan bandara sebagai tempat di mana para pemangku kepentingan, berbagai pelanggan, pihak atau instansi bertemu dan berinteraksi untuk melakukan transaksi ekonomi secara pendekatan ekosistem, bukan sekedar bandara yang hanya menjadi tempat untuk naik dan turun pesawat," ungkap Awaluddin.
“Mereka memerlukan layanan dan produk yang dapat mengakomodir kebutuhan untuk hal itu, dan AP II optimistis dapat membangun bandara nyaman bagi pelanggan kami, dilengkapi dengan berbagai produk dan jasa yang sesuai,” tambahnya.
Melalui program Transformation Flagship, AP II juga mengembangkan infrastruktur dan teknologi agar bandara dalam 5 tahun mendatang dapat menjadi suatu hub terintegrasi tempat bertemunya para pelaku usaha dan pelanggan dengan berbasis ecosystem-based operation.
ADVERTISEMENT
“Di sisi pelayanan, kami akan memiliki teknologi yang dapat mewujudkan travel ecosystem. Teknologi tersebut dapat mengkoordinasikan seluruh sistem dan titik layanan atau touch points pelanggan. Ini membutuhkan peran Aplikasi Indonesia Airports yang dimiliki AP II," terang Awaluddin.
Implementasi dari teknologi itu, misalnya jika traveler mengalami penundaan penerbangan maka otomatis reservasi hotel menyesuaikan.