Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan makroprudensial dipastikan longgar untuk mendorong pertumbuhan kredit di 2025. Menurutnya ada tiga instrumen pokok yang akan dilakukan BI dalam kebijakan makroprudensial.
Pertama, kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit/pembiayaan ke sektor prioritas pencipta lapangan kerja dengan peningkatan jumlah insentif dan bank penerima mulai Januari 2025.
"Jumlah insentif akan kami naikkan dari Rp 259 triliun menjadi Rp 283 triliun mulai Januari 2025. Dan semakin banyak bank yang akan menerima insentif likuiditas dan jumlahnya lebih besar," ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2024, Jumat (29/11).
Kedua, kebijakan likuiditas longgar melalui rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) , dalam hal ini, perbankan dapat memanfaatkan fleksibilitas likuiditas ini untuk semakin mendorong penyaluran kredit/ pembiayaan sehingga pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Ketiga, penguatan surveilans sistemik atas ketahanan perbankan dalam menghadapi risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko kredit dari dinamika ekonomi global dan domestik untuk turut menjaga stabilitas sistem keuangan. Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan juga terus diperkuat untuk peningkatan kredit/pembiayaan ke sektor riil prioritas, penguatan ketahanan stabilitas sistem keuangan sebagai tindak lanjut dari amanat UU P2SK.
Kebijakan Mendorong Pengembangan UMKM & Ekonomi Hijau
Dari sisi kesiapan industri, Bank Indonesia juga mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan inklusif – hijau, sejalan dengan kebijakan insentif likuiditas makropudensial (KLM) kepada perbankan.
Dalam kaitan ini, program pengembangan UMKM diarahkan pada dukungan hilirisasi pertanian dan perikanan untuk mendukung pengendalian inflasi, pengembangan UMKM wastra nusantara sebagai kebanggaan Indonesia, go ekspor dan go digital, serta pengembangan untuk dukungan pariwisata sebagai sumber devisa nasional.
ADVERTISEMENT
Bank Sentral juga terus mendorong makanan halal dan modest fashion. Demikian juga penyelenggaraan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) berskala internasional setiap tahun. Dalam kaitannya mendukung ekosistem Fokus Pengembangan ekosistem halal value chain ini akan tetap diutamakan pada sektor unggulan, yaitu makanan halal (halal food), fesyen (modest fashion), pariwisata ramah muslim, dan ekonomi hijau.
“BI juga terus mengembangkan UMKM dan ekonomi hijau, gelaran karya kreatif Indonesia untuk UMKM go ekspor dan go digital. Pengembangan ekonomi syariah pada sektor unggulan khususnya,” ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jumat (29/11).