Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Strategi Kemenkeu Atasi Bunga Utang Bengkak Imbas Lemahnya Rupiah
25 April 2024 15:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kami memahami bahwa pergerakan pasar baik pelemahan rupiah maupun kenaikan imbal hasil (yield) akan mempengaruhi belanja bunga," kata Suminto kepada awak media, Kamis (25/4).
Suminto menjelaskan, kenaikan yield dan pelemahan rupiah usai libur Lebaran masih terkendali secara year to date. Ia berharap kondisi geopolitik Timur Tengah tidak berkelanjutan.
"Tentunya kita berharap pergerakan pasar yang utamanya karena faktor global ini, baik tensi geopolitik maupun arah kebijakan moneter negara maju khususnya AS, bersifat temporer dan tidak terus berlanjut," ungkapnya.
Lebih lanjut, Suminto memastikan Kementerian Keuangan akan terus mengantisipasi dan memitigasi risiko dari pergerakan pasar ini. Khususnya dalam konteks pembayaran kewajiban utang, baik pokok utang maupun bunga utang.
"Kita memiliki kapasitas yang baik untuk memenuhi seluruh kewajiban utang kita. Pemerintah bersama otoritas terkait khususnya BI, membangun koordinasi dan sinergi yang sangat baik dalam memitigasi risiko pasar ini," katanya.
ADVERTISEMENT
Suminto mengeklaim, sistem pengadaan utang di APBN 2024 tetap on track. Dengan strategi yang fleksibel dan oportunistik serta aspek-aspek timing, tenor, currency, maupun instrumen untuk mendapatkan pembiayaan melalui utang yang optimal dan efisien.
"Pengadaan utang melalui SBN dilakukan melalui lelang secara reguler setiap hari Selasa, penerbitan SBN ritel, maupun penerbitan SBN global. Di samping itu, juga dilakukan pinjaman tunai (pinjaman program) dari beberapa kreditur multilateral dan bilateral," bebernya.
Adapun, posisi utang pemerintah tercatat berada di angka Rp8.319,2 triliun hingga 29 Februari 2024. Jumlah ini naik dari posisi akhir Januari, yang senilai Rp 8.253,09 triliun atau bertambah Rp 66,13 triliun dalam kurun waktu satu bulan.