Strategi Kementan Mitigasi Kekeringan Lahan

8 Juli 2019 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petani menyirami lahan pertanian dengan air dari sumur bor di Sempu, Andong, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (29/5). Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petani menyirami lahan pertanian dengan air dari sumur bor di Sempu, Andong, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (29/5). Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
ADVERTISEMENT
Hingga September ini, ancaman kekeringan masih diprediksi terjadi. Kekeringan itu mengancam sekitar 102.654 hektare (ha) di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang akan terjadi pada puncak bulan Agustus.
ADVERTISEMENT
Menurut Data Kementerian Pertanian (Kementan) yang didapat dari pengamat OPT di lapangan, penyebab kekeringan karena curah hujan sedikit dan penampungan air yang tidak optimal. Selain itu, juga disebabkan oleh penggunaan varietas yang tidak toleran kekeringan. Misalnya saja, Ciherang, IR 64, dan Mekongga.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry mengatakan, pihaknya telah menyiapkan varietas unggul baru yang bisa beradaptasi dengan lahan kering ataupun rawa.
"Kita punya Inpago, Inbrida, padi Gogo untuk lahan-lahan padi Gogo. Semua lahan-lahan kering 2 minggu padi bisa adaptasi," ujarnya ketika ditemui di Kantor Kementan, Jakarta Selatan, Senin (8/7).
Ia melanjutkan, saat ini pihaknya juga telah memetakan daerah-daerah yang potensial dan membutuhkan penanaman varietas baru itu.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah petakan wilayah mana saja yang dapat ditanami padi Gogo, termasuk daerah-daerah yang ketersediaan airnya cukup dan bisa dioptimalkan," papar dia.
Misalnya saja di Pantura, ia menuturkan akan membuka opsi penanaman jagung dan kedelai sesuai dengan varietas yang tahan kekeringan.
"Kita kerja sama dengan beberapa Dirjen Teknis, tanaman pagan, PSP (prasarana dan sarana pertanian), dan TNI terkait jagung dan kedelai," tambahnya.
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya memastikan ketersediaan air dengan menyediakan pompa air.
"Pompa air yang dialokasikan 2018 mencapai 93.860 unit. Yang mengusulkan untuk daerah kering 2019 ini mencapai 20 ribu unit," kata dia.
Pada tahun 2015-2019 ini, ada sebanyak 11.654 embung dan 4.042 irigasi perpompaan yang dibangun.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengimbau bagi petani agar sigap dengan mendaftarkan diri dalam asuransi pertanian. Sebab, hal itu bisa menjadi pencegahan kerugian atas kekeringan lahan pertanian yang terjadi.
"Biasanya musim tanam dua, baru mengajukan asuransi. Itu tiap tahun begitu. Biasanya setahun itu Rp 800 ribu. Premi Rp 36 ribu dibayar per musim tanam. Rp 144 ribunya disubsidi pemerintah," papar dia.