Strategi Pemerintah Meningkatkan Kesejahteraan Petani Garam

22 Juli 2018 15:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemenko maritim dorong intensifikasi garam dengan metode tunnel-prisma. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kemenko maritim dorong intensifikasi garam dengan metode tunnel-prisma. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Diversifikasi produk turunan garam tengah didorong untuk meningkatkan kesejahteraan petani garam. Kemenko Kemaritiman ingin garam yang diproduksi petani bernilai tambah tinggi, diolah tidak hanya menjadi garam konsumsi saja tapi juga menjadi garam untuk spa, farmasi, industri, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Demikian diungkapkan Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Agung Kuswandono dalam rapat koordinasi diversifikasi produk garam dan turunannya di kantor PT Garam, Sumenep, Jumat (20/7).
Rapat koordinasi tersebut dihadiri pula oleh perwakilan Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sekretariat Kabinet, Mitra PT Garam – PT Anta Tirta Karisma, koperasi dan akademisi.
“Kita harus dorong terus diversifikasi produk turunan garam untuk kesejahteraan petani,” ujarnya.
Agung Kuswandono, Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Non Konvensional melakukan panen garam di Sumenep. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agung Kuswandono, Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Non Konvensional melakukan panen garam di Sumenep. (Foto: Phaksy Sukowati/kumparan)
Kata Agung, selain untuk garam konsumsi, garam bisa diolah menjadi produk yang nilainya sangat tinggi. Misalnya garam spa. Menurutnya, tak perlu modal besar untuk membuat industri yang menghasilkan garam bernilai tinggi. Sebagai contoh, garam spa bisa diproduksi oleh industri kecil berskala rumah tangga.
ADVERTISEMENT
“Di Cirebon, Ibu rumah tangga telah memproduksi garam spa. Nilai tambah garam spa luar biasa. Garam spa dijual dengan harga mencapai Rp 260 ribu per botol kecil," ujar Agung sambil mempresentasikan contoh barang.
"Menerobos kondisi yang ada saat ini, tidak sekedar panen garam dan dijual tapi juga meningkatkan nilai tambah. Maka dengan meningkatkan kemandirian melalui diversifikasi produk, kita bisa memberdayakan dan lebih menyejahterakan petani. Ini kuncinya,” tegasnya.
Produk garam spa rama shinta  (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Produk garam spa rama shinta (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Professor Mahfudz dari Universitas Teknologi Madura (UTM) yang turut hadir dalam rapat koordinasi, mengamini paparan Agung Kuswandono. Menurutnya masih banyak produk turunan garam yang bisa dikembangkan secara mandiri sebagai industri rumah tangga.
"Salah satunya adalah garam epson atau dikenal juga dengan istilah garam spa. Ada juga garam hitam yang campuran dari tinta cumi-cumi," urai Machfudz.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada juga garam pangan kaya mineral, garam non pangan, garam Bromida, garam Epsom, produk magnesia, produk asam klorida, produk bittern (nigari), produk pupuk organic multinutrien phosphate based, produk garam rendah natrium, hingga produk garam fortifikasi. "Jadi masih banyak diversifikasi produk yang dapat terus dikembangkan untuk memberikan nilai tambah garam rakyat," tutupnya.