Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Subroto di Mata Chatib Basri: Punya Kapasitas Menteri Sekaligus Akademisi
21 Desember 2022 14:37 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2013-2014, Muhammad Chatib Basri , mengenang sosok Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) Indonesia era Soeharto, Profesor Subroto , sebagai seseorang yang kompeten di pemerintahan sekaligus akademisi.
ADVERTISEMENT
Adapun Chatib turut menghadiri prosesi persemayaman Subroto di Gedung Kementerian ESDM hari ini, Rabu (21/12), sebelum kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Almarhum meninggal dunia pada Selasa (20/12) pukul 16.25 WIB di Jakarta di usia 99 tahun.
Chatib mengatakan, Subroto dikenal sebagai seseorang yang serba bisa dan mempunyai kapasitas di berbagai hal. Selain menjadi Mentamben (1978-1988), Subroto juga pernah menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dan Koperasi (1971-1973), serta Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi (1973-1978).
Setelah menjabat sebagai Mentamben, Subroto pun pernah menjabat sebagai Presiden Konferensi (1985-1985) dan Sekretaris Jenderal Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada tahun 1988-1994.
"Tapi dari sisi akademik beliau juga adalah guru besar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sehingga punya kemampuan di dua sisi baik dari segi policy maupun seorang akademisi," kata Chatib saat ditemui di Kementerian ESDM, Rabu (21/12).
ADVERTISEMENT
Chatib mengungkapkan dirinya sudah banyak interaksi dengan Profesor Subroto, walaupun belum pernah menjadi muridnya secara langsung. Dia pun mengakui banyak pembelajaran yang dia dapat dari mendiang.
"Banyak hal yang saya belajar dari Pak Broto, baik pada waktu saya jadi menteri keuangan, kepala BKPM, bahkan setelah itu, terakhir itu ada satu tesis dari mahasisiwa university oxford yang saya kasih komen bersama dengan Pak Broto," tuturnya.
"Bayangkan seseorang yang punya kapasitas menteri sekaligus akademisi, dan ini kehilangan besar buat kita," pungkas Chatib.