Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Sucor Sekuritas Harap RI Tak Terimbas Perang Dagang, Supaya Tak Ada Sritex Lain
27 Maret 2025 12:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Pemerintah diwanti-wanti untuk bisa menjaga pasar domestik agar tak terkena perang dagang. Tujuannya supaya tidak ada banjir impor produk yang berasal dari negara yang dikenai tarif bea masuk tinggi oleh Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
CEO PT Sucor Sekuritas, Bernardus Wijaya, menuturkan banjirnya produk impor dari negara yang tak lagi mengandalkan pasar AS itu akan mengganggu kinerja emiten di berbagai sektor di Indonesia.
“Sritex dan emiten tekstil lainnya yang mengalami masa suffer karena banyak barang-barang impor dari China terutama karena tekstil dan terus saja kita tidak ingin hal ini terjadi di sektor-sektor lainnya,” kata Bernardus di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (27/3).
Dia berharap pemerintah khususnya kementerian teknis terkait akan mengatur kebijakan importasi dengan baik. Supaya kekhawatiran banjir produk impor utamanya dari China itu tidak akan merugikan emiten-emiten dalam negeri juga UMKM.
“Belajar dari kasus tekstil, kita tidak ingin terjadi di sektor lainnya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mewanti-wanti agar pasar domestik dijaga dari banjirnya produk impor imbas perang tarif antara AS dan negara lain seperti China.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antini Arif melihat dengan diberlakukannya tarif bea masuk yang tinggi untuk impor produk dari China ke AS, negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu akan mencari pasar baru untuk mensubstitusi produk yang mulanya dikirim ke AS.
Menurut dia, Indonesia harus memiliki kebijakan untuk menghalau produk-produk limpahan tersebut. Tujuannya agar pasar domestik Indonesia masih bisa dikuasai oleh produk industri lokal.
Terlebih porsi penjualan produk industri dalam negeri adalah 20 persen ekspor dan 80 persen dijual di pasar domestik. Sehingga jika pasar domestik terganggu, utilitas pabrik hingga kinerja akan turut melambat.
ADVERTISEMENT
“Ketika utilisasi tidak lagi bisa mengatasi tekanan demand itu, yang dilakukan oleh perusahaan industri adalah menutup industrinya, dan kita tahu kalau industri menutup industri pasti disertai dengan PHK,” kata Febri dalam konferensi pers Indeks Kepercayaan Industri (IKI) secara virtual, Rabu (26/3).
“Jadi tekanan pada demand domestik disebabkan oleh banjir produk impor yang sudah bisa diproduksi di Indonesia itu bisa mengancam utilisasi atau kinerja industri dan juga bisa mengancam 19,7 juta rakyat Indonesia yang bekerja pada industri manufaktur,” tutur Febri.