Sukses dengan Biodiesel, Pertamina Siapkan Peta Jalan ke Bioetanol

26 September 2024 15:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Manajemen Risiko Pertamina New & Renewable Iin Febrian saat sesi panel kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Manajemen Risiko Pertamina New & Renewable Iin Febrian saat sesi panel kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Pertamina Power & New Renewable Energy (Pertamina NRE) mengungkapkan peta jalan alias roadmap program mandatory bahan bakar nabati (BBN) bioetanol. Indonesia saat ini masih uji coba campuran bioetanol 5 persen (E5) dengan bensin secara terbatas.
Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE, Iin Febrian, mengatakan Indonesia sudah berhasil dalam implementasi program biodiesel. Bahkan rencananya mulai 1 Januari 2025 campuran biodiesel naik jadi 40 persen (B40).
Sejalan dengan itu, Iin memastikan Pertamina mendukung program bioetanol sebagai amanah Kementerian BUMN melalui SK-312/MBU/11/2023 Tentang Pembentukan Tim Percepatan Implementasi Program Biofuels, Energy Transition Mechanism (ETM), Reforestasi, Nature Based Solutions (NBS), serta Carbon Capture Storage (CCS) dan CCUS.
"Kita lihat bahwa dari semua rantai mata pasok, dari hulunya, kita kemudian bangun nanti feedstock yang ada di daerah-daerah. Baik itu terkait dengan gula, jagung, dan seterusnya," jelasnya dalam kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (25/9).
Iin menuturkan, formula industri bioetanol dari hulu sampai didistribusikan kepada konsumen bisa menciptakan nilai tambah hingga USD 8,5 miliar atau sekitar Rp 128 triliun.
"Formulanya yang sangat moderat, kita lebih kurang USD 6 billion, sementara di skenario optimis itu mencapai USD 8,5 billion. Angka yang sangat besar," ungkap Iin.
Direktur Manajemen Risiko Pertamina New & Renewable Iin Febrian dan Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Andiah Feby Misna saat sesi panel kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di sisi lain, dia juga melihat terdapat peluang yang lebih besar sebagai efek pengembangan bioetanol di Indonesia, yakni peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga lapangan pekerjaan yang besar.
"Kita bisa bayangkan potensi kalau kita bicara biofuel itu mungkin cukup besar ada di daerah Merauke, ada di NTT, itu berapa banyak bentuk lapang pekerjaan yang bisa di-create di sana," tuturnya.
Selain itu, lanjut Iin, hal ini juga bisa membentuk efek ganda terhadap ekonomi apabila Indonesia bisa sukses mengembangkan bioetanol sesuai dengan lokasi bahan baku, terutama di wilayah Indonesia timur seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kita sudah tanda tangan dengan Gubernur NTT untuk kita mengembangkan di sana, kita akan melihat nanti potensi jagung atau singkong. Itu nanti kemudian kita olah menjadi bioetanol," jelas Iin.
Kemudian juga di daerah Merauke. Menurutnya, Pertamina NRE melihat itu profil lokasi di sana cocok untuk perkebunan tebu di sana yang bisa diolah menjadi etanol.
Pertamina NRE, kata dia, sudah bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) secara jangka panjang membangun pabrik molase untuk mengolah bioetanol sebesar 30.000 kiloliter per bulan.
Selanjutnya perusahaan juga sudah menandatangani kerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) membangun pabrik bioetanol di Glenmore, Kabupaten Banyuwangi dengan kapasitas yang sama.
"Nanti demand nasional dengan hanya E5 itu lebih kurang 1,3 juta kiloliter per bulan. Dengan hanya E5, tentu kita bisa proyeksikan apabila menjadi E10, E20, seperti kembali lagi keberhasilan yang kita harapkan di biodiesel. Itu yang kami lakukan dan akan terus lakukan," ungkap Iin.