Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adapun level rupiah saat ini dinilai masih di bawah nilai fundamentalnya. Artinya, rupiah ke depan masih memiliki potensi untuk menguat.
Pada penutupan perdagangan Kamis (19/11), rupiah ditutup melemah 85 poin di level Rp 14.155, dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.140.
Direktur PT TRX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuabi, memproyeksi rupiah hari ini berada di level Rp 14.130-14.200 per dolar AS.
Menurutnya, perkiraan rupiah yang melemah hari ini lebih disebabkan faktor eksternal, yakni jumlah kasus COVID-19 yang meningkat di AS. Sehingga investor khawatir penguncian wilayah akan kembali dilakukan AS, yang dapat menunda pemulihan ekonomi.
Dari sisi internal di Tanah Air, penurunan suku bunga diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik yang terus membaik. Di sisi lain, ketidakpastian mereda di pasar keuangan usai Pemilu AS.
ADVERTISEMENT
“Hal ini turut meningkatkan nilai tukar mata uang di dunia, termasuk rupiah,” kata Ibrahim kepada kumparan, Jumat (20/11).
Menurut Ibrahim, masih ada kemungkinan rupiah mencapai level Rp 13.500 per dolar AS. Apalagi Joe Biden juga menegaskan tak akan melakukan lockdown. Hal ini dinilai juga akan membawa angin segar bagi rupiah.
Pada Kamis waktu AS, Biden secara tegas mengatakan tak akan melakukan penguncian wilayah yang membuat ekonomi terhenti.
“Saya tak akan mematikan ekonomi, titik. Saya akan mematikan virus,” kata Biden, dikutip dari Business Insider.
Sementara itu, Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memproyeksi dolar AS hari ini akan berada di kisaran Rp 14.100-14.200. Menurutnya, kekhawatiran pasar terhadap kenaikan kasus COVID-19 di dunia menekan aset berisiko, beradu dengan harapan efektivitas vaksin.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, keputusan penurunan suku bunga acuan BI justru bisa menekan laju rupiah terhadap dolar AS saat ini. “Karena spread imbal hasil yang menipis,” katanya.
Namun di sisi lain, dolar AS terlihat tertekan terhadap nilai tukar di negara emerging markets pagi ini. Sehingga ada kemungkinan rupiah bisa kembali menguat.
“Rupiah bisa bergerak dalam kisaran sempit dan mungkin ikut menguat mengikuti pergerakan nilai tukar lainnya,” kata Ariston.
Berdasarkan data BI, kurs rupiah hingga 18 November 2020, rupiah mencatatkan pelemahan atau depresiasi sekitar 1,33 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2019.
“BI memandang penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut, seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers virtual, Kamis (19/11).
ADVERTISEMENT
Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun, serta likuiditas global yang besar.
“BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” tambahnya.