Suku Bunga Kredit Tak Kunjung Turun, BI dan DPR Sentil Bank

25 Februari 2021 6:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi nasabah bank. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi nasabah bank. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyentil perbankan karena tak kunjung menurunkan bunga kredit. Padahal, BI telah menurunkan kembali suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen.
ADVERTISEMENT
Suku bunga acuan BI saat ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah. Keputusan penurunan suku bunga acuan ini bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit ke masyarakat. Seperti apa sentilan mereka ke perbankan?
BI Anggap Bank Masih Saja Cari Untung di Masa Sulit
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung menyatakan pihaknya menyayangkan lambatnya respons bank terhadap kebijakan BI.
"Inilah yang sebenarnya kita tidak inginkan. Bagi BI kita inginkan kalau BI itu turunkan suku bunga harusnya responsnya (perbankan) juga sama. Kita harap bank respons dengan cepat," ujar Juda dalam diskusi virtual, Senin (22/2).
Juda pun mengeluhkan bahkan sikap yang tidak responsif ini sudah berulang kali dilakukan perbankan. Artinya setiap kali BI menurunkan suku bunga acuan, bank tidak segera menurunkan suku bunga kredit. Sebaliknya bank justru dengan cepat menurunkan bunga deposito.
ADVERTISEMENT
Namun bunga kredit tetap saja masih tinggi. Juda menduga perbankan justru memanfaatkan situasi saat ini. Sebab dengan bunga deposito rendah namun bunga kredit tinggi artinya perbankan mendapat keuntungan.
"Tapi bunga kredit masih sangat rigid. Ini juga kalau data jangka panjang ini keliatan spreadnya sangat meningkat. Ini justru mengalami pelebaran. Artinya bank-bank mencoba mendapatkan keuntungan yang lebih di saat seperti ini," ujarnya.
Ilustrasi Gedung DPR RI. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
DPR Juga Sentil Bank Karena Lamban Turunkan Bunga Kredit
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKB Fathan Subchi mengatakan, penurunan suku bunga bank sentral belum berdampak ke sektor riil. Menurutnya, hal ini karena perbankan belum juga merespons dengan menurunkan bunga kredit.
"Saya menyoroti satu hal misalnya tentang penurunan suku bunga. Saya kira menarik kemarin kita diskusi dengan BI dan Menteri Keuangan juga, cuma memang ini kok belum berpengaruh di bawah, di sektor riil," ujar Fathan dalam webinar Infobank “Harmonisasi Kebijakan Moneter dan Fiskal,” Rabu (24/2).
ADVERTISEMENT
Menurut dia, masih tingginya bunga kredit itu perlu diteliti lebih lanjut oleh pemerintah, BI, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, regulator juga dinilai perlu melihat kondisi secara riil di lapang.
"Kita cari analisanya, kenapa suku bunga sudah diturunkan, tapi di bawah sektor riil masih mengatakan mencari kredit juga susah, bank juga mengatakan likuiditas menumpuk tidak ada permintaan,” kata dia.
"Ini di mana missing linknya itu? Fungsi intermediasi bank di mananya? Apakah ini semacam sistem yang dikelola secara diam-diam atau gimana," lanjutnya.
Bunga Kredit Bank-bank BUMN Paling Tinggi
Sementara suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan masih tinggi. Bahkan bank-bank BUMN memiliki SBDK sebesar rata-rata 10,79 persen, Bank Pembangunan Daerah (BPD) 9,8 persen, bank bank umum swasta nasional 9,67 persen. Selanjutnya, SBDK paling rendah adalah kantor cabang bank asing sebesar rata-rata 6,17 persen.
ADVERTISEMENT
Dari sisi jenis kredit, SBDK kredit mikro sebesar 13,75 persen, bunga kredit konsumsi non-KPR 10,85 persen, kredit konsumsi KPR 9,70 persen, kredit ritel 9,68 persen, dan kredit korporasi tercatat 9,18 persen.
“SBDK bank BUMN dinilai lebih rigid atau kaku dibandingkan kelompok bank lainnya seperti Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA),” tulis hasil asesmen BI per Februari 2021.