Sulit Cari Investor Proyek DME, PTBA Cari Peruntungan Proyek Hilirisasi Lain

27 November 2023 16:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail mengakui, masih sulit menemukan pengganti Air Products sebagai investor proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME).
ADVERTISEMENT
Proyek tersebut digarap bersama PT Pertamina (Persero) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Kerja sama sebelumnya meliputi Air Products dengan kepemilikan saham 60 persen, PTBA 20 persen, dan Pertamina 20 persen.
Proyek tersebut mulai dibangun pada 24 Januari 2022. Namun, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu memutuskan untuk mundur secara tiba-tiba dari proyek pengganti LPG tersebut.
Selain proyek DME milik PTBA dan Pertamina, Air Products juga dikabarkan sudah mengundurkan diri dari proyek DME bersama PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Kalimantan Timur.
Arsal menuturkan, imbas belum ada kelanjutan proyek DME, perusahaan mencari peruntungan di proyek hilirisasi batu bara lainnya, salah satunya gasifikasi coal bed methane (CBM) dan Mono Ethylene Glycol (MEG
ADVERTISEMENT
"Kita semua lagi dalam berproses, hilirisasinya kan tidak hanya ke DME, kita ada gasifikasi, kita ada mau ke MEG kemudian ada juga ke anoda grafit, semuanya lagi berproses lakukan kajian," ujarnya saat ditemui di kompleks parlemen, Senin (27/11).
Presiden Joko Widodo (tengah) di lokasi acara groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022). Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
Arsal menuturkan, meski sulit mencari investor, perusahaan masih berkomitmen menjalankan proyek hilirisasi batu bara yang akan meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor andalan Indonesia tersebut.
"Kalau DME kemarin kan investornya Amerika sudah mengundurkan diri, untuk mencari pengganti ini tidak gampang karena ini harus dilihat menyeluruh komprehensif terutama keekonomiannya," jelasnya.
"Makanya kita fokusnya tidak hanya ke DME, nanti kita kaji semuanya, mana yang paling memungkinkan untuk direalisasikan dengan segera," lanjut Arsal.
Meski demikian, dia tidak bisa membeberkan progres pencarian investor proyek DME, maupun kelanjutan pembangunan proyeknya. Hanya saja, ada beberapa investor yang masih dalam tahap penjajakan,
ADVERTISEMENT
"Bukan masalah on the track-nya, kita kan lagi lakukan kajian lagi dengan beberapa investor, beberapa partner, untuk kita ngomong masalah hilirisasi," pungkasnya.
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022). Foto: Nova Wahyudi/Antara Foto
Saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR hari ini, Arsal juga menyebutkan beberapa permintaan dukungan kepada parlemen, salah satunya dukungan regulasi dan insentif untuk melakukan inisiatif dalam rangka utilisasi produk turunan batu bara.
Berdasarkan catatan kumparan, Kementerian ESDM menargetkan proyek DME bisa berproduksi (commercial operation date/COD) di kuartal IV 2027. Proyek ini ditargetkan dapat memproduksi DME sebanyak 1,4 juta ton per tahun dan membutuhkan batu bara 6 juta ton per tahun dengan jenis kalori 4200 kg/ccal.
Pemerintah menyebutkan, keuntungan dari adanya proyek DME adalah untuk menekan impor LPG sebesar 1 juta ton per tahun dengan total investasi USD 2,1 miliar atau sekitar Rp 3,3 triliun.
ADVERTISEMENT