SUN Energy: Oversupply Listrik PLN Jadi Tantangan Kembangkan PLTS Atap di RI

14 Juli 2022 15:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran SUN Energy Tech Space di Sinarmas Land Plaza Jakarta Pusat, Kamis (14/7/2022).  Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran SUN Energy Tech Space di Sinarmas Land Plaza Jakarta Pusat, Kamis (14/7/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
SUN Energy menyebut oversupply atau kelebihan pasokan listrik PLN jadi tantangan pengembangan PLTS atap di Indonesia. Proyek PLTS atap saat ini memang semakin masif di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Pengembangan PLTS Atap ini tidak hanya dilakoni PT PLN (Persero) sebagai perusahaan pelat merah, tapi juga oleh pengembang swasta. PT Surya Utama Nuansa atau SUN Energy tercatat sebagai salah satu perusahaan pembangkit listrik swasta yang berfokus pada sumber energi baru terbarukan (EBT) surya atau sinar matahari ini.
Chief Commercial Officer (CCO) SUN Energy Dion Jefferson menjelaskan Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat besar. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi PLTS atap di tanah air jika semua atap rumah terpasang bisa mencapai 207 gigawatt (GW).
Sementara itu, per Desember 2021, Dion mengungkap realisasi PLTS yang baru terpasang hanya 195 megawatt (MW) termasuk IPP yang tertanam di tanah, sementara PLTS atap hanya 45 MW.
ADVERTISEMENT
"Jika dibandingkan (total potensi) 207 GW itu masih di bawah 0,5 persen. Jadi potensinya banyak tetapi yang pasang sedikit sehingga kemungkinan untuk kita tambah besar sekali," kata Dion di Jakarta, Kamis (14/7).
Selain potensi besar, Dion mengatakan minat masyarakat terhadap PLTS atap juga semakin besar. Selain rumah tangga, pelanggan sektor industri juga semakin meningkat, mengingat penggunaan PLTS atap dinilai bisa menekan biaya operasional.
"Apalagi dengan kita punya offering atau model kerja sama dengan sistem sewa, jadi tidak usah beli di depan tapi kita pasang kemudian mereka bayar per bulan berdasarkan pemakaian per kwh saja, ini yang menyebabkan demand meningkat," jelas Dion.
Dia pun menilai, peningkatan permintaan PLTS atap yang dirasakan SUN Energy terjadi berkat regulasi pemerintah, di mana PLN bisa membeli listrik dari IPP untuk kemudian dijual kembali kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Dion menilai pengembangan PLTS atap oleh swasta juga tidak lepas dari kendala. Salah satunya kondisi kelebihan pasokan atau oversupply listrik PLN di sistem Jawa Madura Bali (Jamali).
"Ada beberapa batasan kan yang dilakukan di PLN terkait oversupply di Jawa. Ini cara kita menghadapi hal tersebut adalah kita mengikuti kebijakan PLN tapi (pemasangan PLTS) kita membuat jadi beberapa fase," ujarnya.
Dia mencontohkan ada permintaan pemasangan PLTS atap untuk rumah tangga sebesar 1 MW. Sementara karena ada pembatasan PLN Jamali, perusahaan hanya bisa memasang 400 KW agar mendapat izin. Sehingga, 600 KW sisanya akan dipasang pada tahap berikutnya.
"Secara kontrak kita sudah secure semua, tapi pemasangannya bertahap. Ini cara supaya kita bisa memenuhi kewajiban kebijakan PLN supaya comply dan proyek kita bisa jalan terus," tutur Dion.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Dion memastikan tantangan oversupply listrik PLN tidak menghambat perkembangan bisnis SUN Energy. Perusahaan juga akan terus bekerja sama dengan PLN untuk bisa meningkatkan rasio elektrifikasi di tanah air, terutama di luar Pulau Jawa.
"Untuk di luar daerah Jamali kan tidak ada batasan karena rasio elektrifikasi PLN masih rendah, itu yang kita lagi banyak menyasar. Di Sulawesi untuk tambang nikel, Sumatera untuk gudang warehouse, Kalimantan untuk perkebunan," pungkas Dion.