Surplus APBN Mengecil Jadi Rp 147,2 T di Agustus 2023

20 September 2023 17:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat surplus APBN hingga akhir Agustus 2023 sebesar Rp 147,2 triliun atau 0,70 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Surplus ini mengecil jika dibandingkan dengan Juli 2023 yang mencapai Rp 153,5 triliun atau 0,72 persen dari PDB.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, pendapatan negara hingga akhir bulan lalu sebesar Rp 1.821,9 triliun atau tumbuh 3,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Pendapatan negara ini sudah mencapai 74,0 persen dari target APBN 2023.
Sementara itu, belanja negara di akhir Agustus sudah Rp 1.674,7 triliun atau tumbuh 1,1 persen (yoy). Belanja negara ini sudah mencapai 54,7 persen dari target tahun ini.
"Postur total pendapatan negara hingga akhir Agustus 2023 mencapai Rp 1821,9 triliun, artinya kita mengumpulkan 74 persen dari target dari sisi pertumbuhan pendapatan negara ini 3,2 persen tumbuh dari tahun lalu Agustus 2022," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers secara daring, Rabu (20/9).
Secara keseluruhan, keseimbangan primer hingga Agustus 2023 sebesar Rp 422,1 triliun. Sri Mulyani menjelaskan, kondisi APBN juga dipengaruhi oleh perekonomian global, utamanya Eropa, Amerika, dan Jepang, yang sektor manufakturnya mengalami kontraksi.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, ekonomi Indonesia dinilai masih kuat. Hal ini terlihat dari indeks manufaktur atau PMI yang menunjukkan ekspansi di level 53,9 pada akhir Agustus 2023.
"Negara-negara tetangga kita seperti Vietnam sudah merangkak naik atau sedikit ekspansif PMI manufakturnya memulih, merangkak sedikit menuju ke ekspansi sedangkan 66 persen negara terutama negara Eropa dan Jepang termasuk Korea Selatan dan beberapa negara ASEAN tetangga kita Thailand Filipina Malaysia Singapura mereka masih di dalam PMI manufaktur yang kontraktif," tambahnya.