Survei Kaspersky: Uang Tunai Bakal Langka Dalam Lima Tahun ke Depan

14 Oktober 2021 19:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
ADVERTISEMENT
Perusahaan cybersecurity, Kaspersky, baru baru ini melakukan sebuah studi berjudul Mapping a Secure Path for Yhe Future of Digital Payments in APAC. Managing Director for the Asia Pacific (APAC) Region Kaspersky Chris Connell menjelaskan salah satu temuan utama dalam studi ini menunjukkan bahwa 90 persen responden Asia Pasifik telah menggunakan aplikasi pembayaran seluler setidaknya sekali dalam 12 bulan terakhir. Meski demikian transaksi uang tunai ternyata masih mendominasi.
ADVERTISEMENT
“Data dari penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa uang tunai masih menjadi raja, setidaknya untuk saat ini. Di Asia Pasifik sebanyak 70 persen responden bahkan masih menggunakan catatan fisik untuk transaksi sehari-hari mereka,” ujar Chris dalam Cybersecurity Weekend, Kamis (14/10).
Di sisi lain, Chris tidak menampik bahwa pembayaran digital juga tumbuh secara masif di kawasan tersebut. Chris merinci, Filipina mencatat persentase pengadopsi uang elektronik (e-cash) baru tertinggi sebesar 37 persen, diikuti oleh India 23 persen, Australia 15 persen, Vietnam 14 persen, Indonesia 13 persen dan Thailand 13 persen. Sedangkan terendah adalah China 5 persen, Korea Selatan (9 persen dan Malaysia 9 persen.
Pembeli membayar dengan metode scan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di warung KE Angkringan, Ampera, Jakarta, Jumat (30/7/2021). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Ini tidak mengherankan sebab China telah lebih dulu menjadi pemimpin dalam pembayaran seluler di Asia Pasifik. Bahkan sebelum era pandemi, platform lokal teratasnya, Alipay dan WeChat Pay, telah menyebabkan adopsi massal yang signifikan dan menjadi contoh bagi negara-negara Asia lainnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu menurut Chris, meski uang tunai saat ini masih dominan namun pertumbuhan pembayaran digital sangat menjanjikan. Sehingga menurut Chris, uang tunai akan benar-benar mulai ditinggalkan dalam beberapa tahun mendatang.
“Dari statistik tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa pandemi telah memicu lebih banyak orang untuk terjun ke ekonomi digital, yang dapat sepenuhnya menurunkan penggunaan uang tunai di kawasan ini dalam tiga hingga lima tahun ke depan,” ujar Chris.