Survei Kolaborasi: Anak Muda RI Lebih Pilih Jadi Pengusaha daripada PNS

15 Februari 2023 9:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemilik bisnis importir. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemilik bisnis importir. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Survei yang dilakukan Kolaborasi mengenai bonus demografi menunjukkan bahwa anak muda di Indonesia lebih memilih menjadi pengusaha dibandingkan profesi lainnya, seperti pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai swasta.
ADVERTISEMENT
Survei Kolaborasi ini dilakukan pada 10 Januari hingga 9 Februari 2023 pada 400 responden usia produktif 20-39 tahun di tujuh kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, dan Yogyakarta.
"Sebanyak 58,3 persen responden memilih menjadi pengusaha atau pebisnis sebagai profesi untuk memperoleh penghasilan dan penghidupan," tulis laporan hasil survei tersebut yang diterima kumparan, Rabu (15/2).
Selanjutnya, sebanyak 16,3 persen responden memilih menjadi investor. Sementara itu, ada 13,5 persen responden memilih menjadi PNS dan pekerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sebanyak 7,3 persen responden memilih menjadi guru atau dosen dan sebanyak 4,8 persen responden memilih profesi sebagai swasta.
Untuk pengembangan diri, mayoritas responden menginginkan adanya asupan informasi dan literasi dalam hal berbisnis sebanyak 36,3 persen, teknologi sebanyak 24,0 persen, investasi sekitar 20,4 persen, pemasaran digital mencapai 14,0 persen, dan desain grafis berksiar 5,3 persen.
ADVERTISEMENT
Manajer Riset Kolaborasi, Sahli Hamzah, mengatakan bahwa melalui data tersebut diperoleh hipotesis terjadi pergeseran paradigma serta perspektif mengenai cara memperoleh penghasilan dan penghidupan di kalangan anak muda Indonesia.
Dari perspektif golongan terdahulu yang cenderung memilih opsi konservatif dengan memilih pegawai negeri sipil sebagai profesi, kata Sahli, kini anak muda Indonesia memilih untuk lebih moderat dengan menjadi pengusaha, atau pebisnis dan investor.
"Pekerjaan rumah bersama saat ini ialah bagaimana melakukan pemerataan akses informasi, literasi, serta kesempatan berusaha dan berkarya kepada anak muda hingga ke daerah karena mereka sudah menyadari menjadi bagian dari Bonus Demografi," ujar Sahli.
Selain pemilihan cara memperoleh penghasilan dan penghidupan, hasil survei juga menunjukkan terdapat kesadaran responden mengenai pentingnya peningkatan kemampuan, baik itu hard skill maupun soft skill, demi menunjang pilihannya sebagai pebisnis dalam berkompetisi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, mayoritas responden juga meyakini bahwa dengan dominasinya penduduk usia produktif dapat membawa Indonesia untuk mampu bersaing dalam bidang ekonomi, pendidikan serta budaya dan olahraga dengan negara lain di dunia. Responden yang menjawab sangat setuju mencapai 18,5 persen, jawaban setuju sebanyak 61,8 persen, netral sebanyak 13,0 persen, kurang setuju berkisar 5,5 persen, dan yang menjawab sangat tidak setuju pada angka 1,3 persen.
"Dari sini kita juga melihat adanya optimisme dari anak muda terkait potensi dari fenomena Bonus Demografi. Meski kita juga tidak dapat menutup mata bahwa fenomena ini juga memiliki tantangan dari sisi gizi buruk (stunting), kesadaran akan kesehatan, disorientasi budaya, lingkungan, ketahanan pangan, keamanan dan polarisasi yang terjadi akibat dinamika politik di masyarakat," tambahnya.
ADVERTISEMENT