Surya Paloh & China Sonangol: Mesra di Bisnis Minyak, Konflik di Proyek Gedung

12 Agustus 2021 6:32 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kerja sama bisnis pemilik Media Group Surya Paloh dengan China Sonangol sedang tidak baik-baik saja. Hal itu karena adanya konflik di proyek properti, yakni pembangunan gedung Indonesia 1.
ADVERTISEMENT
Namun, terlepas dari proyek tersebut sebenarnya hubungan keduanya masih baik-baik saja di bisnis minyak dan gas (migas). Surya Paloh dan China Sonangol masih menjalankan migas di Blok Cepu, Bojonegoro.
Berikut ini selengkapnya mengenai perusahaan Surya Paloh dan China Sonangol:
Mesra di Bisnis Minyak
Surya Paloh dan China Sonangol masih berkongsi di bisnis minyak dan gas (migas). Kongsi Surya Paloh dan China Sonangol di bisnis migas terjadi di Blok Cepu, Bojonegoro melalui PT Surya Energi Raya (SER) dan Sonangol EP. Kerja sama ini terjalin sejak 2009 lalu.
"Beberapa proyek masih berjalan normal. Masih (termasuk di Blok Cepu). Yang dispute adalah yang di proyek Indonesia 1," kata CEO Media Group, Mohammad Mirdal Akib, kepada kumparan, Rabu (11/8).
ADVERTISEMENT
Pada 2014, Surya Paloh dan China Sonangol kembali berduet. Kala itu, mereka menawarkan ke Presiden Jokowi agar Indonesia impor minyak mentah dari Angola, Afrika, dengan harga murah.
Surya Paloh pun mempertemukan Jokowi dengan Sam Pa, salah satu petinggi China Sonangol ke kediaman Jokowi yang saat itu masih di Rumah Dinas Gubernur DKI Jakarta.
Jokowi pun setuju impor minyak dari Angola dengan menunjukkan Sonangol EP sebagai pemasoknya. Alasannya saat itu untuk mengurangi trader impor di Petral.
Pada Oktober 2015, Sam Pa yang menjadi penghubung ke Sonangol EP ditangkap Kepolisian China karena terjerat kasus hukum dan pelanggaran. Dia ditangkap sehari setelah pemerintah China mengumumkan melakukan penyelidikan terhadap Gubernur Provinsi Fujian, Su Shulin.
ADVERTISEMENT
Konflik di Proyek Gedung
Proyek pembangunan gedung Indonesia One atau Indonesia 1 di jantung kota Jakarta terkendala karena adanya kisruh internal. PT Media Property Indonesia (MPI) atau anak usaha Media Group milik pengusaha Surya Paloh melaporkan PT China Sonangol Media Investment (CSMI) ke Polda Metro Jaya atas dugaan penipuan dan penggelapan investasi.
Media Group secara spesifik melaporkan anak perusahaan China Sonangol Group yaitu China Sonangol Real Estate Pte Ltd (CSRE) yang merupakan investor asing dan menjadi pemegang saham mayoritas di CSMI. Di CSMI, perusahaan Surya Paloh (MPI) menjadi pemegang saham. CSRE diduga mengingkari perjanjian kerja sama dengan investor lokal yakni MPI.
Perusahaan properti milik Surya Paloh, PT Media Property Indonesia, memasang pelang peringatan di lokasi proyek gedung Indonesia 1, terkait sengketa dengan China Sonangol Media Investment. Foto: Dok. PT MPI
CEO Media Group, Mohammad Mirdal Akib mengungkapkan, sebelumnya CSRE sepakat kerja sama berkesinambungan dengan MPI, hingga melahirkan PT CSMI untuk melaksanakan proyek pembangunan gedung Indonesia 1 di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Mirdal mengatakan dalam komitmen awal, MPI memiliki hak 30 persen saham, sisanya milik CSRE. Ia menjelaskan mulanya proyek mesti berjalan dengan segala hal terkait administrasi awal dan sebagainya belum dilegalkan. Kemudian muncul kesepakatan akan digelarnya rapat umum pemegang saham (RUPS) berikutnya.
Namun seiring proses pembangunan berjalan,owner CSMI berubah. Menurutnya dari sini semuanya mulai terkatung-katung. Ia merasa semangat yang dibangun sejak awal sama sekali tidak dianggap oleh manajemen baru CSMI.
"Kemudian turunlah komitmen menjadi 10 persen. Kami pun juga masih menunggu, kalau ada perubahan seperti itu kan harus ada RUPS, pemberitahuan kepada kami sebagai pemegang saham," jelas Mirdal, Senin (9/8).
Akibat kisruh yang dialami CSMI, Mirdal menganggap kepemilikan saham MPI menjadi tidak jelas. Karenanya, kepentingan MPI untuk bisa segera menuntaskan proyek pembangunan Gedung Indonesia 1 menjadi terhambat.
ADVERTISEMENT
Alih-alih menepati janjinya, pimpinan baru CSMI hanya mengakui kepemilikan saham MPI di CSMI sebesar 1 persen. Padahal, kata Mirdal, sejak awal perencanaan hingga proses pembangunan, peran MPI selaku investor lokal selalu berada di garis terdepan.
Mirdal memastikan pihaknya tetap berupaya menyelesaikan pembangunan proyek di tengah kondisi tersebut. Meski, ia mengakui dengan kepemilikan saham yang tidak sebanding dengan CSRE, posisi strategis dan kepentingan MPI di CSMI untuk menuntaskan pembangunan Indonesia 1 menjadi terancam.
Bahkan, Mirdal menduga CSRE secara sepihak melakukan pengalihan saham CSMI kepada pihak lain. Ia merasa MPI yang telah berjuang sejak awal merasa ditinggalkan dan diakali oleh investor asing ini.
Atas dasar itu MPI berupaya mencari keadilan melalui jalur hukum dengan mengadukan PT CSMI ke Polda Metro Jaya atas dugaan penipuan dan penggelapan investasi. Kasus ini sudah dalam penanganan pihak kepolisian.
ADVERTISEMENT