Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Susah Payah PLTA Bengkok Suplai Listrik ke Warga Bandung saat Kemarau
20 Oktober 2018 12:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok Bandung yang sudah beroperasi sejak 1923, atau yang tertua se-Indonesia, PT Indonesia Power selaku pengelola mengandalkan air Sungai Cikapundung.
ADVERTISEMENT
Namun kemarau panjang yang terjadi pada tahun ini, membuat produktivitas PLTA Bengkok dalam menghasilkan listrik menurun. Sebab debit air Sungai Cikapundung yang menjadi sumber energi primer, otomatis berkurang.
“Kalau air mencukupi dari pagi kami produksi listrik . Karena kemarau, kami harus menabung air dulu, sore baru beroperasi,” beber Supervisor Senior PLTA Bengkok, Ahmad Zainuddin di Bandung, Sabtu (20/10).
Berdasarkan data Indonesia Power, listrik yang diproduksi oleh PLTA Bengkok pada Januari 2018 sebesar 170 ribu Kilo Watt (KW), sedangkan Februari 2018 sebesar 939 ribu KW, dan Maret 2018 sebesar 1,32 juta KW.
Sementara pada April 2018 sebesar 1,50 juta KW, Mei 2018 sebesar 1,25 juta KW, Juni sebesar 907 ribu KW, Juli 2018 sebesar 637 ribu KW, Agustus 2018 sebesar 249 ribu KW, serta September 2018 sebesar 274 ribu KW.
ADVERTISEMENT
“Kapasitas terpasang PLTA Bengkok ini sebenarnya 3x15 MW (Mega Watt), tapi tidak termaksimalkan karena air ini,” paparnya.
Dia menjelaskan, pihaknya tak begitu ngoyo dalam mencari sumber air lain sebagai bahan baku listrik di PLTA Bengkok. Sebab hal tersebut bisa mengubah infrastruktur PLTA yang merupakan peninggalan Belanda itu.
“Kami ingin menjaga ini sebagai warisan, makanya tidak dilakukan modernisasi. Lagipula penyediaan listrik untuk Bandung tidak dari PLTA ini saja,” kata Ahmad.