Susi Air Dibakar di Papua, Harga Asuransi Pesawat Dinilai Bisa Melesat

16 Februari 2023 19:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Susi Air yang diadang dan dibakar KKB Papua. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Susi Air yang diadang dan dibakar KKB Papua. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejatman menyebut, kasus pembakaran pesawat milik Susi Air, Pilatus Porter P-4/PK-BVY di Papua tidak berpengaruh terhadap minat investor penerbangan ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pembakaran tersebut dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (kelompok kriminal bersenjata—KKB) pada Selasa pagi (7/2) di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
Menurutnya, minat mayoritas investor adalah ke penerbangan komersil non-perintis. Terlebih para investor sudah tahu perbedaan risiko keamanan penerbangan perintis Papua dan yang lainnya.
"Yang berisiko terpengaruh adalah insurance rates pesawat, khususnya pesawat-pesawat seukuran di bawah 19 kursi. Asuransi pesawat-pesawat kecil sudah ada yang membedakan rate asuransinya jika dioperasikan di Papua atau tidak," kata Gerry kepada kumparan, Kamis (16/2).
Menurutnya, pesawat angkutan niaga di Indonesia harus diasuransikan. Apa yang menimpa pesawat milik Susi Air ini menurutnya juga akan membuat perusahaan asuransi pesawat berpikir dua kali untuk mengasuransikan pesawat di daerah rawan konflik.
ADVERTISEMENT
"Untuk kejadian ini pihak asuransi bisa enggan mengasuransikan pesawat perintis yang akan dioperasikan di Papua, atau jadi mahal sekali," pungkas Gerry.
Senada, pengamat penerbangan yang juga menjadi Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) Alvin Lie menyatakan, kejadian Susi Air tidak berpengaruh ke minat investor.
Pesawat Susi Air. Foto: rori buchori/Shutterstock
Menurut Alvin, peristiwa pembakaran pesawat Susi Air merupakan kejadian luar biasa, bukan peristiwa yang sering terulang di Indonesia. Dan Itu adalah aksi teror yang terjadi di Papua.
"Dampak langsung sejauh ini hanya terhadap airlines yang operasikan penerbangan di Papua," jelas Alvin.
Khusus kasus Susi Air di Papua, Alvin mengatakan perusahaan asuransi bisa saja membayar ganti rugi tergantung dari kontrak asuransi yang dibuat apakah asuransi bisa menutupi kerugian yang disebabkan oleh aksi teror.
ADVERTISEMENT
Alvin juga menegaskan, kondisi di Papua tidak mewakili kondisi Indonesia keseluruhan sehingga peluang investor masuk masih terbuka luas. Bahkan dia menyinggung ada airlines baru yang bersiap masuk Indonesia, namun dia enggan merincinya.
"Kondisi di Papua tidak mewakili kondisi Indonesia secara global. Dalam waktu dekat ada sedikitnya 3 airlines baru yang akan hadir," pungkas Alvin.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati menegaskan kejadian di Papua tersebut tidak membuat minat investor berkurang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya investor asal India yang bersiap masuk ke Indonesia.
"Termasuk ada rencana-rencana untuk bisa masuk operasionalisasi di Kertajati, kemudian di Kualanamu, sudah terjadi oleh India. Jadi sampai saat ini kami belum melihat adanya penurunan minat itu" kata dia.
ADVERTISEMENT