Swasembada Pangan Dipercepat ke 2027, Ekonom Sarankan Revitalisasi Irigasi-RMU

24 November 2024 17:29 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh tani menanam padi di area persawahan Tamarunang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (16/6/2022). Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Buruh tani menanam padi di area persawahan Tamarunang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (16/6/2022). Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian menyebut, revitalisasi irigasi hingga membangun penggilingan padi atau Rice Milling Unit (RMU) ialah salah satu faktor yang mesti pemerintah perhatikan guna mencapai swasembada pangan. Pemerintah mempercepat target swasembada pangan menjadi tahun 2027, dari sebelumnya 2028.
ADVERTISEMENT
Eliza bilang, kunci peningkatan produktivitas padi, pertama membangun irigasi di sawah tadah hujan dan revitalisasi irigasi yang telah usang bahkan rusak. Kata ia, mayoritas irigasi di lahan sawah sudah tak berfungsi dengan baik.
"Membangun irigasi di sawah tadah hujan dan revitalisasi irigasi yang udah rusak, mayoritas irigasi kita sudah tidak berfungsi dengan baik," jelas Eliza kepada kumparan, Minggu (24/11).
Kedua, agar beras bisa diperoleh secara maksimal, pemerintah mesti membangun ekosistem riset yang solid dan memadai untuk menghasilkan benih produktivitas tinggi. Menurut Eliza, benih yang tahan hama penyakit, dan tahan perubahan iklim.
Kemudian bangun Rice Milling Unit (RMU) atau mesin pengupas kulit gabah menjadi beras di level gabungan kelompok petani yang dimiliki petani," katanya.
ADVERTISEMENT
RMU harus dijalankan agar petani mendapatkan harga yang berkeadilan, alias tak bergantung kepada bandar. Eliza menyebut, ketika petani sejahtera, mereka dengan sendirinya akan termotivasi untuk meningkatkan produksi padi sekaligus berasnya.
"Membangun linkage dengan koperasi atau UMKM sehingga ada jaminan pasar dan harga ini akan memotivasi petani lokal untuk berusaha tani," sebut Eliza.
Lebih lanjut, Eliza menilai, selama ini pemerintah cenderung lebih banyak mengusahakan pencetakan lahan baru dengan mengorbankan hutan dan lahan gambut (ekstensifikasi) yang dituangkan dalam program Food Estate.
"Ini sudah pasti banyak yang tidak sesuai agroklimatologinya sehingga tumbuhnya tidak optimal dan berakhir gagal," imbuhnya.