Tahu Tempe Langka, Pedagang Warteg Perkecil Ukuran Tempe Jadi Setipis ATM

22 Februari 2022 9:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tempe semangit Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tempe semangit Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga kedelai yang terus melonjak membuat produsen tahu dan tempe seluruh Jabodetabek melakukan aksi mogok produksi dari hari Senin (21/2) sampai Rabu (23/2). Aksi mogok tersebut membuat setidaknya 60 ribu ton tahu dan tempe bakal lenyap di pasaran. Kelangkaan tersebut berimbas pada pedagang warung tegal alias warteg.
ADVERTISEMENT
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara), Mukroni mengaku pedagang warteg kini kesulitan mendapat pasokan tahu dan tempe. Padahal, biasanya pedagang warteg selalu mendapat porsi pasokan yang besar karena terbiasa berlangganan ke produsen.
“Memang sudah diberitahu oleh para pedagang tempe bahwa Senin sampai Rabu mulai mogok, dan tentunya langka. Kadang kala karena sudah langganan pedagang tempe mau memberi porsi banyak kepada warteg-warteg,” ujar Mukroni kepada kumparan, Selasa (22/2).
Warga menyantap makan pagi di salah satu warteg di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Untuk menyiasati harga tahu tempa melonja setelah aksis mogok produksi, Mukroni mengatakan pedagang warteg sudah membuat solusi dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe. Karena menurutnya tak mungkin menaikkan harga dagangan di tengah kondisi masyarakat yang masih kesulitan imbas pandemi COVID-19.
“Karena itu yang bisa kita siasati yaitu mengecilkan ukuran, jadi ukurannya tempe itu tipis seperti ATM. Nah itu yang kita lakukan untuk menyiasati kalau tempe dan tahu naik,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Mukroni mengatakan kenaikan harga tahu dan tempe imbas harga kedelai yang melonjak ini semakin menambah susah pedagang warteg setelah sebelumnya sudah banyak yang tutup selama terjadi pandemi COVID-19. Untuk itu dirinya meminta pemeirntah untuk segera mengambil tindakan menstabilkan harga pangan di dalam negeri.
“Pemerintah diharapkan bisa menstabilkan harga karena ini menyangkut masalah hajat masyarakat bawah. Kalau harga naik tentu berdampak susah sekali karena pandemi ini,” jelasnya.
“Oleh karena itu kami mengharap pejabat-pejabat yang tidak berkompeten dan tak mempunyai kemampuan untuk menstabilkan harga, kami minta dengan berat hati mengundurkan diri karena dampaknya luar biasa kalau tidak bisa mengendalikan harga. Ini masyarakat bawah susah sekali,” pungkas Mukroni.