Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tahun Tekor Buat Bisnis Department Store
27 Oktober 2017 12:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Tahun ini menjadi masa yang berat bagi bisnis ritel department store. Angka penjualan yang tak secemerlang tahun-tahun terdahulu, membuat sejumlah pengelola menutup gerai mereka.
ADVERTISEMENT
Kelesuan penjualan dialami sejumlah department store baik yang menyasar segmen masyarakat bawah semacam Ramayana, yang menengah seperti Matahari dan Lotus, bahkan juga toko ritel untuk kalangan atas seperti Debenhams.
Tak mengherankan jika Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menurunkan target pertumbuhan ritel di tahun 2017. Dari semula mematok angka 9%, menjadi 7-8%. “Dari mulai kuartal I-2017 dan kuartal II-2017, pertumbuhan industri ritel anjlok dibanding kuartal yang sama di tahun sebelumnya,” kata Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (27/10).
Tutum Rahanta, kolega Roy yang juga sama-sama pengurus Aprindo, menyebut ada empat hal yang menghajar bisnis ritel sehingga toko-toko sepi pembeli. Para pengelola pun harus merestrukturisasi bisnis mereka, supaya tak menanggung biaya yang lebih besar di tengah kelesuan pendapatan.
ADVERTISEMENT