Tambang Batu Bara dan Migas Kepung Ibu Kota Baru Pilihan Jokowi

27 Agustus 2019 11:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rancangan konsep Ibu Kota baru di Kalimantan. Foto: Dok. Kementerian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan konsep Ibu Kota baru di Kalimantan. Foto: Dok. Kementerian PUPR
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke dua kabupaten di Kalimantan Timur, yakni Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.
ADVERTISEMENT
Penajam Paser Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, Selat Makassar dan Kota Balikpapan, Kabupaten Pasir, dan Kabupaten Kutai Barat.
Sedangkan Kabupaten Kutai Kartanegara secara administratif mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat.
Kalimantan Timur sangat kaya sumber daya alam, ada banyak pertambangan batu bara serta minyak dan gas (migas) di sana. Misalnya di Kabupaten Kutai Timur yang berbatasan dengan Kutai Kartanegara, tepatnya di Sangatta, ada tambang batu bara seluas 84.938 hektare milik PT Kaltim Prima Coal Tbk (KPC). KPC adalah produsen batu bara terbesar di Indonesia, pada 2018 lalu produksinya mencapai 57 juta ton.
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Ada pula tambang batu bara Kideco Jaya Agung di Kabupaten Pasir yang berbatasan langsung dengan Penajam Paser Utara. Produksinya sebesar 34 juta ton pada 2018, terbesar ke-3 di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lalu ada lagi Berau Coal di Kabupaten Berau yang mendapat konsesi seluas 118.400 hektare. Produksi batu bara Berau Coal mencapai 29,02 juta ton pada 2018, terbesar ke-4 di Indonesia.
Di sektor migas, ada Blok Mahakam di lepas pantai Kutai Kartanegara. Blok ini pernah jadi ladang gas terbesar Indonesia. Pada 2018, produksi gasnya masih nomor 2 terbesar se-Indonesia, yakni 149 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD).
Blok Muara Bakau yang menghasilkan gas sebesar 119 ribu BOEPD, terbesar ke-5 di Indonesia, pun berada di lepas pantai Kutai Kartanegara. Selain itu ada Blok Sanga-Sanga serta East Kalimantan-Attaka.
Pekerja beraktivitas di Lapangan Senipah Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Apa dampak keberadaan ibu kota baru Indonesia pada aktivitas pertambangan di sana?
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, berpendapat bahwa pemindahan ibu kota akan memperketat kontrol dan pengawasan pemerintah pusat terhadap pertambangan di Kaltim.
ADVERTISEMENT
Untuk sektor migas misalnya, lifting di Blok Mahakam akan lebih terpantau. Produksi migas di sana terus merosot sejak pengelolaannya diambil alih oleh PT Pertamina (Persero) pada 2017 lalu.
"Akan ada dampak positif karena dekat dengan pusat kekuasaan, makin mendorong produksi, memudahkan kontrol dan pengawasan dari pemerintah pusat," ujar Fahmy kepada kumparan, Selasa (27/8).
Masalah tumpang tindih dalam penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara juga dapat lebih teratasi. Tambang-tambang batu bara di Kaltim juga harus benar-benar menerapkan kaidah-kaidah lingkungan (Good Mining Practice) supaya tak merusak.
Kapal tongkang pengangkut batu bara biasa hilir mudik di perairan Kalimantan Timur, karena di wilayah itu banyak terdapat tambang batu bara. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Seperti diketahui, dalam Film Sexy Killers yang viral beberapa waktu lalu, diceritakan bahwa ada banyak lubang bekas tambang batu bara di Kaltim yang membahayakan masyarakat sekitar. "Bekas-bekas lubang tambang yang tidak ditutup, saya yakin akan segera ditutup," tegas Fahmy.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Fahmy yakin ibu kota negara di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara tak akan mengganggu pertambangan migas dan batu bara. Sebab, tambang-tambang migas yang besar ada di lepas pantai. Sementara tambang batu bara yang besar tak terlalu berdekatan dengan ibu kota baru.
"Kalau ada (pertambangan) yang mengganggu lingkungan ibu kota, memang harus ditutup. Tapi setahu saya, tidak akan terganggu karena misalnya untuk batu bara, ada di Berau yang tak berdekatan," tutupnya.