Tangan Dingin Risyanto Suanda Pimpin Perum Perindo

18 Juli 2018 16:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut Perum Perindo, Risyanto Suanda. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan))
zoom-in-whitePerbesar
Dirut Perum Perindo, Risyanto Suanda. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan))
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mengelola bisnis perikanan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Apalagi saat kondisi perikanan Indonesia tengah menunjukkan tren surplus. Hal ini terjadi karena Kementerian Kelautan dan Perikanan rutin memberantas praktik illegal fishing di wilayah laut Indonesia. Ratusan kapal asing ditangkap, sebagiannya bahkan sudah ditenggelamkan.
ADVERTISEMENT
Dengan modal bagus tersebut, salah satu BUMN yang bergerak di sektor perikanan yaitu Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) mulai berbenah. Nama Risyanto Suanda kemudian muncul untuk memimpin Perum Perindo sejak Desember 2017. Risyanto menggantikan posisi Syahril Japarin sebagai Dirut sebelumnya.
Pria kelahiran Karawang, 24 Februari 1976, memang tidak asing dengan dunia perikanan. Dia meraih gelar Sarjana Perikanan dengan spesialisasi pengelolaan sumberdaya perikanan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1998. Kemudian gelar Magister Sains bidang remote sensing untuk pengelolaan wilayah pantai diraih di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2001 melalui beasiswa dari Bank Dunia.
Tidak hanya lihai di sektor perikanan, pria yang akrab disapa Aris tersebut juga berpengalaman di bidang bisnis dan manajemen. Aris pernah memimpin beberapa perusahaan di antaranya sebagai Direktur PT Geo Solusi Indonesia (2007-2008), Founder dan CEO PT Mitratech Andal Sinergia (2008-2016), Founder Mitra Agri Selaras (2008-2016) dan Komisaris PT Mulia Abadi Suplai (2013-2016).
ADVERTISEMENT
Kiprah Aris sebagai pebisnis yang cukup sukses dan mumpuni rupanya terendus Kementerian BUMN, yang tengah mencari figur yang tepat untuk ditempatkan sebagai pimpinan tertinggi di Perum Perindo. Aris pun kemudian ditawari menduduki jabatan sebagai Direktur Usaha di Perum Perindo pada Maret 2017. Tak butuh waktu lama akhirnya Aris menjabat sebagai Direktur Utama Perum Perindo per Desember 2017.
Saat berbincang dengan kumparan, Aris pun menceritakan strategi apa yang dia lakukan untuk meningkatkan perolehan pendapatan. Dia juga berbagi pengalaman dari perjalanan kariernya hingga meraih posisi puncak di perusahaan. Berikut ini kutipan wawancaranya.
Bagaimana awal mula bergabung dengan Perum Perindo? Jadi dulu saya kuliah S1 ambil jurusan Perikanan di UGM Yogyakarta. Kemudian saya melanjutkan (kuliah S2) di (jurusan) Remote Sensing Satelite di UGM juga. Sejak 2001, saya datang ke Jakarta dan bekerja sebagai eksekutif di perusahaan keagenan data satelit, produk-produk dari Amerika dan Perancis. Terus sekitar 6 tahun saya bekerja di perusahaan itu, lalu saya membangun bisnis sendiri atau perusahaan sendiri di bidang data satelit juga. Sampai sekarang saya juga masih menjalankan usaha tersebut. Mulai awal tahun 2017, saya diminta untuk bisa berkontribusi di bidang bisnis untuk di perusahaan negara karena pengalaman saya. Jadi waktu itu setelah melalui proses assesment, fit and proper, terus kemudian resminya di Maret 2017 saya mulai bergabung di Perum Perikanan Indonesia. Jadi saya ini dulunya di dunia profesional, kemudian di entrepreneur, kemudian di dunia profesional juga tapi di Badan Usaha Milik Negara.
Dirut Perum Perindo, Risyanto Suanda. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan))
zoom-in-whitePerbesar
Dirut Perum Perindo, Risyanto Suanda. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan))
Apa bedanya bekerja di BUMN dan perusahaan sebelumnya? Oke, jadi yang pasti di BUMN ini kita lebih challenging dan menantang. Karena begini, kalau dulu di dunia profesional kita hanya concern bagaimana menjalankan tugas-tugas kita. Kalau di dunia sales, tentu bagaimana agar mencapai sales yang besar. Namun, di dunia entrepreneur kan gini karena kita punya sendiri, kelola sendiri, perusahaan sendiri, kita tentu lebih mudah mengeksekusi kesempatan-kesempatan bisnis. Nah, BUMN, selain kita dituntut bisa profesional, punya sense of business, kita juga harus menaati aturan, good corporate governance. Kita harus taati GCG-nya, kita harus mampu menggabungkan antara profesionalisme, sense of business, kemampuan menganalisa risiko, dan mengkomunikasikan dengan aturan yang ada. Makanya kalau menurut saya, kalau seseorang sudah bisa menjadi top executive di BUMN, dia juga bisa menjadi top executive di manapun. Karena dia bisa menggabungkan berbagai hal yang berbeda tadi.
ADVERTISEMENT
Anda dinilai cukup muda sebagai seorang Direktur Utama BUMN. Apa tanggapan Anda? Menurut saya, di bidang manapun, sosial, politik, budaya, sekarang ini kan tingkat kematangan seseorang itu enggak ditentukan oleh umur. Kalau temen-teman kita baca di media sekarang, rata-rata founder startup yang berhasil dan sukses itu berusia muda. Itu artinya begini, yang kita butuhkan justru lebih ke passion kita, keinginan kita, nah ini yang harus selalu muda. Artinya jiwa kita yang harus selalu muda, mau umur berapapun asalkan tetap mau belajar dan melihat peluang-peluang baru, tetap mau berinteraksi dengan banyak pihak kan. Prinsipnya begitu, kita tidak cepat merasa puas dan ada learning process disana, itu pasti bisa. Mengenai kematangan, saya katakan betul pengalaman itu sangat berperan dalam kematangan seseorang, makanya kita harus jadi quick learner. Karena apa? Yah betul keputusan-keputusan bisnis itu banyak juga ditentukan oleh intuisi. Nah, intuisi itu dibentuk melalui pengalaman.
Ikan tuna hasil tangkapan nelayan. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan tuna hasil tangkapan nelayan. (Foto: kumparan)
Sebenarnya apa yang menjadi core bisnisnya Perum Perindo? Nah, diantara bidang yang dijadikan sebagai revenue stream, kami punya tiga bidang. Yang pertama adalah bisnis kepelabuhanan. Ini kita mengelola kawasan kepelabuhan, seperti misalnya di Pelabuhan Muara Baru. Kita juga punya satu divisi perdagangan, penangkapan, dan processing berbagai hasil laut. Sekarang ini, divisi yang satu ini menyumbang sebanyak 70% dari revenue kita. Terus kita punya divisi juga budi daya udang vaname dan ikan kerapu. Ini jadi satu divisi namanya aquaculture. Yang menantang justru dua bisnis lainnya, yang perdagangan, penangkapan, dan pemrosesan ikan dan aquaculture tadi. Ini yang terus kita perkuat secara tim, secara SOP, di lapangan dan dari jalur suplai dan penjualannya ini mau kami perkuat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana perkembangan bisnis perikanan Perum Perindo sejauh ini? Perum Perindo di 2016 lalu baru mendulang pendapatan sekitar Rp 225 miliar. Sedangkan pada 2017 lalu, angkanya melonjak menjadi Rp 650 miliar. Oke, kami sampai dengan akhir Mei 2018, berdasarkan report keuangan kami. Hingga saat ini nilai revenue kami sudah mencapai Rp 533 miliar. Rencana kerja perusahaan sampai akhir tahun itu Rp 1 triiun 38 miliar.
Untuk ke depan, rencana ekspansi apa yang sedang Anda siapkan? Kalau kami memang dominan masih pasar lokal. Kita masih dominan dari Rp 533 miliar (pendapatan Perum Perindo di kuartal I 2018) ini saya katakan sekitar 80% itu masih lokal. Kita ekspor yang cukup besar ke AS. Kita dapat kontrak yang cukup besar nah itu produk-produk yang kita jual ke sana ada ikan mahi-mahi, terus ada snapper, terus ada cumi, gurita, ada juga kepiting, itu yang ke AS. Kalau ke Jepang kita banyak tuna, kalau pasar Cina kita banyak ikan-ikan demersal, ini ikan-ikan dari timur ya, Laut Arafura itu.
Ikan tuna hasil tangkapan nelayan. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan tuna hasil tangkapan nelayan. (Foto: kumparan)
Investasi yang disiapkan tahun ini? Jadi investasi kami di tahun ini melanjutkan sebagian dana investasi yang sudah dicanangkan di internal dana perusahaan. Kita memang tahun ini ada finishing seperti pabrik pakan ikan dan udang di Subang, Jawa Barat sebesar Rp 160 miliar kita finishing di tahun ini. Kita akan mengeluarkan cukup besar. Terus kita punya rencana investasi di kapal, kita juga lagi sedang memperkuat kapal collecting, angkut, dan kapal penangkapan. Kita sedang  mengalokasikan sekitar Rp 40 miliar untuk itu. Terus kita masih ada di internal, perbaikan infrastruktur dan lainnya. Kita cukup signifikan, tahun ini ada sekitar Rp 200 miliar lebih akan investasi untuk memperkuat lini usaha kita.
ADVERTISEMENT