Tanpa Facebook Cs, Milenial di China Tetap Bisa Eksis

9 April 2018 11:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan WeChat yang mengalahkan WhatsApp di China. (Foto:  Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Layanan WeChat yang mengalahkan WhatsApp di China. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di China, tak mudah bagi warga lokal dan asing untuk mengakses layanan media sosial dan berita internasional karena adanya kebijakan Great Firewall, yakni pembatasan dan sensor terhadap situs berita dan layanan media sosial tertentu.
ADVERTISEMENT
Media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, Twitter, YouTube hingga berbagai portal media dan browser internasional sengaja diblokir sehingga pengguna harus menggunakan jaringan khusus bernama Virtual Private Network (VPN). Meski memakai VPN, koneksinya terbilang lambat.
Lantas, tanpa Facebook Cs, bahkan tanpa layanan WhatsApp yang telah diblokir oleh Pemerintah China sejak September 2017, apakah generasi milenial atau zaman ‘now’ di China menjadi kesulitan dan khawatir tak bisa memperoleh informasi?
Kaum muda di China mengaku tak cemas atau bahkan tak peduli terhadap pemblokiran tersebut. Alasannya, mereka memiliki alternatif media sosial dan mesin pencari buatan perusahaan teknologi lokal.
Fakta ini disampaikan oleh dua mahasiswi asal China, Fang dan Rina. Fang, kepada kumparan (kumparan.com), mengaku tak bergantung terhadap media sosial yang dikembangkan oleh Facebook Cs atau mesin pencari dan situs berbagi video besutan Google.
ADVERTISEMENT
“Kita punya sosial media untuk sharing foto dan informasi. Kita ada WeChat, QQ, dan Weibo. Jadi tentunya kita enggak bergantung kepada situs dan media sosial luar negeri. Kita juga ada mesin browser bernama Baidu. Saya lebih banyak memakai Baidu daripada Google,” ujar Fang kepada kontributor kumparan di China Feby Dwi Sutianto, Senin (9/4).
Situs berbagi video lokal, YouKu. (Foto:  Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situs berbagi video lokal, YouKu. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Di China sendiri, peran WhatsApp telah tergantikan oleh WeChat. Pada pertengahan 2017, China Daily merilis pengguna aktif WeChat tembus 963 juta user. Ada juga microblogging mirip Twitter bernama Sina Weibo, dengan pengguna aktif per bulannya mencapai 340 juta akun. Pengguna internet juga bisa memakai mesin pencari lokal yakni Baidu dan situs berbagi video bernama YouKu.
Meski diblokir, Fang mengaku bisa mengakses Facebook hingga Google, namun harus menggunakan bantuan layanan VPN berbayar. Baginya, hal tersebut tetap tak nyaman karena kecepatan mengakses menjadi terbatas, berbeda halnya bila dirinya menggunakan media sosial dan mesin pencari buatan perusahaan lokal.
ADVERTISEMENT
“Kita enggak bisa buka Facebook. Kita bisa akses namun harus membeli VPN yang terkoneksi dengan internet,” lanjut mahasiswi Pasca Sarjana ini.
Hal serupa disampaikan Rina. Mahasiswi asal kota Shenzhen ini mengaku tak ambil pusing dengan pemblokiran berbagai situs media sosial dan portal berita internasional.
“Untuk memperoleh informasi up-to-date yang mirip seperti Bloomberg atau New York Times, kita ada media sources bernama Zhihu. Berbagai isu terkini dan aktivitas sosial dibahas di platform ini. Kita juga punya yang namanya Douban, Gouke dan berbagai macam. Mereka fokus dalam hal informasi terkait film, video games, sharing cerita. Fungsinya mirip Facebook namun terbagi dalam berbagai aplikasi,” tutur Rina.
Republik Selfie (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Republik Selfie (Foto: Thinkstock)
Rina mengaku memiliki account di situs media sosial produksi Google dan Facebook. Alasannya, ia pernah mengikuti program student exchange atau pertukaran pelajar selama satu semester di Inggris, sehingga tak ada halangan bagi dirinya untuk mengakses Instagram Cs. Namun, layanan media sosial tersebut masih tetap ia gunakan saat setibanya di China, namun Tina harus memakai layanan VPN.
ADVERTISEMENT
“Saya memakai Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube ketika saya di Inggris. Tapi sekarang, saya kesulitan mengaksesnya. Jadi saya hanya log in sesekali saja (dengan batuan VPN),” tambahnya.
Sebagai generasi milenial, Rina tak menampik ingin tetap eksis. Saat berada di China, ia membagikan pengalaman dan hasil jepretan foto selama traveling di WeChat dan Lofter (keduanya situs media sosial lokal).
“Jika kita berbicara foto dan informasi bersifat personal, saya bagikan di WeChat moment, tapi saya akan share di Lofter bila hal tersebut tidak bersifat personal,” tambahnya.