Melihat Aktivitas Tambang Nikel di PT Vale Indonesia

Tekan Emisi Karbon, Smelter PT Vale di Blok Pomalaa Tak Akan Pakai Batu Bara

14 November 2022 13:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas tambang nikel di PT Vale Indonesia di kawasan Harapan East, Blok Sorowako. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas tambang nikel di PT Vale Indonesia di kawasan Harapan East, Blok Sorowako. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Vale Indonesia menegaskan tidak akan menggunakan batu bara untuk memasok kebutuhan energi dalam operasional smelter atau pabrik pengolahan nikel di Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Adapun Blok Pomalaa merupakan proyek ekspansi PT Vale Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam proyek Blok Pomalaa, perusahaan menggandeng dua perusahaan besar, yakni Ford Motor Co dan Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou). Proyek ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2025.
"Kami komitmen sumber energi yang diperlukan untuk proses produksi nanti tidak akan menggunakan batu bara lagi, tapi akan mencari opsi lain yang lebih rendah karbon," kata Direktur Utama PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, di sela gelaran B20 Summit di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11).
PT Vale Indonesia telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Definitif bersama Huayou untuk memproses bijih nikel Vale dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kerja sama definitif ini ditandatangani pada Minggu (13/11), bersamaan dengan acara puncak Business 20 Summit (B20) dan jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali.
ADVERTISEMENT
Perjanjian pembangunan smelter ini jadi tonggak penting sebagai bagian dari rangkaian proyek Proyek High-Pressure Acid Leach (HAPL), sebagai komitmen perusahaan untuk membangun portofolio proyek kelas dunia dan memperkuat penambangan berkelanjutan generasi berikutnya di Indonesia.
"Di Blok Pomalaa dengan Huayou, kami sepakat dipercepat pencapaian net zeronya. Kita juga sangat senang karbon intensitas dari teknologi HPAL ini jauh lebih rendah daripada nikel smelting pada umumnya. Sehingga kita sepakat bisa mencapai net zero ini lebih awal dari 2050," ujarnya.
Menurut Febriany, praktik pertambangan yang berkelanjutan merupakan komitmen dan sangat prinsip bagi PT Vale Indonesia. Sebab, produk yang dihasilkan perusahaan berupa nikel yang diperlukan untuk menurunkan emisi karbon dunia seperti bahan baku untuk baterai mobil listrik.
ADVERTISEMENT
"Maka proses menambang dan bahan baku ini harus rendah karbon. Kalau tidak, maka ingkar terhadap praktik penambangan berkelanjutan," ujarnya.
PT Vale Indonesia Tanda Tangani Perjanjian Definitif dengan Zhejiang Huayou Cobalt di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022). Foto: kumparan
Menurut Febriany, perusahaan sudah menetapkan target jangka pendek dengan solusi efisiensi energi dan memaksimalkan pemakaian energi terbarukan.
Sementara target jangka menengah, pada tahun 2030 ditargetkan pengurangan 33 persen emisi absolut, yakni cakupan 1 dari kegiatan produksi dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), serta cakupan 2 dari pemakaian listrik. Adapun target jangka panjang adalah mencapai net zero emisi pada tahun 2050.
Komitmen menjadi perusahaan tambang yang berkelanjutan, kata Febriany, sudah dibuktikan dengan dibangunnya 3 PLTA di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, yang merupakan pemasok utama kebutuhan listrik di Blok Sorowako.
Febriany mengatakan, komitmen menekan emisi karbon juga telah ditegaskan dalam forum COP26 di Glasgow, Skotlandia, pada 2021. Kemudian komitmen tersebut kembali disampaikan pada COP27 di Sharm El-Sheikh, Mesir pada 2022.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah memiliki road map menuju net zero emisi di 2050. Itu sudah menjadi komitmen kami secara global," ujarnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten