Tekanan Biaya Tinggi, Indeks Manufaktur RI Merosot di Mei 2024

3 Juni 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses produksi dan perakitan motor listrik merek ALVA di pabrik berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Foto: ALVA Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Proses produksi dan perakitan motor listrik merek ALVA di pabrik berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Foto: ALVA Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks manufaktur atau Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia pada Mei 2024 mengalami penurunan. Berdasarkan data S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia turun dari posisi 52,9 pada April menjadi 52,1 pada Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, Paul Smith, mengatakan data survei bulan Mei menunjukkan kinerja solid sektor manufaktur, didorong oleh perolehan output dan permintaan baru.
"Permintaan pasar bertahan positif, meski sebagian besar didukung oleh klien domestik karena manufaktur global terus menunjukkan penurunan kinerja untuk permintaan ekspor baru," ujar Paul dalam keterangan resmi, Senin (3/6).
Menurut doa, meski pertumbuhan bertahan positif, terlihat terlihat tanda-tanda akan memburuk. Adapun tingkat pertumbuhan secara umum masih tergolong rendah, sementara kepercayaan diri perusahaan turun ke posisi terendah selama lebih dari empat tahun.
Ilustrasi pabrik sepatu. Foto: Shutterstock
Paul mengatakan, output dan permintaan baru melambat pada periode survei bulan Mei, meski tingkat pertumbuhan masih tergolong sehat dan di atas tren jangka panjang. Panelis melaporkan bahwa permintaan pasar menunjukkan sinyal positif meski didominasi oleh domestik.
ADVERTISEMENT
"Pesanan ekspor baru turun selama tiga bulan berturut-turut menyoroti perlambatan berkelanjutan pada permintaan manufaktur global. Akibatnya, permintaan baru secara umum naik ke posisi terendah selama enam bulan," ujar Paul.
Dengan produksi naik lebih cepat dari permintaan baru pada bulan Mei, perusahaan dapat membangun inventaris lebih lanjut. Data terkini menunjukkan bahwa stok barang jadi naik pada laju terkuat selama 16 bulan dalam empat bulan berturut-turut meski tergolong sedang. Akan tetapi, penumpukan pekerjaan naik meski pada tingkat marginal dan terendah sejak bulan Februari.
Dari segi harga, manufaktur Indonesia mencatat inflasi harga input menguat. Panelis melaporkan bahwa harga input secara umum naik, sebagian disebabkan oleh nilai tukar yang buruk. Pemasok menaikkan tarif, meski hal ini terjadi bersamaan dengan sedikit perbaikan pada kinerja pengiriman mereka (peningkatan kedua dalam tiga bulan).
ADVERTISEMENT
"Namun permintaan pasar dan permintaan diskon terbatas pada besaran inflasi biaya input yang dapat dibebankan kepada klien. Data terkini menunjukkan kenaikan sedang pada biaya output pada bulan Mei, dengan inflasi menurun ke posisi terendah sejak bulan Oktober," kata Paul.