Teknologi CCS/CCUS Lagi Jadi Tren, Exxonmobil Indonesia Sudah Terapkan

21 September 2023 15:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PANEL SESSION 4: Carbon Solution to Achieve Sustainable Oil and Gas Operation di The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, Nusa Dua, Bali, Kamis (21/9/2023). Dok SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
PANEL SESSION 4: Carbon Solution to Achieve Sustainable Oil and Gas Operation di The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, Nusa Dua, Bali, Kamis (21/9/2023). Dok SKK Migas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teknologi penangkapan karbon atau Carbon Capture, and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) tengah jadi tren di Indonesia. Pemerintah meminta agar para pelaku industri migas untuk menerapkan teknologi ini demi mengurangi emisi karbon dalam aktivitas pertambangan sekaligus menjadi peluang bisnis baru karena karbon yang ditangkap bisa diolah dan dijual dalam Bursa Karbon.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, SVP Business Development Exxonmobil Indonesia Egon van der Hoeven, mengatakan teknologi ini bukan hal baru bagi mereka. Perusahaan sudah menerapkannya beberapa tahun lalu di Indonesia dan sejumlah negara seperti Eropa dan Amerika.
“CCS di industri migas bukanlah hal baru kami sudah melakukan hal ini di Lapangan Banyu Urip sejak pertama kali didirikan. Yang baru adalah model bisnisnya,” katanya dalam PANEL SESSION 4: Carbon Solution to Achieve Sustainable Oil and Gas Operation di The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, Nusa Dua, Bali, Kamis (21/9).
Kata dia, saat ini Exxonmobil tengah fokus pada CCS Hub Sunda-Asri, yang merupakan saline aquifer. Studi yang dilakukan memiliki potensi 3 gigaton of CO2. Posisi Sunda-Asri sangat baik karena dikelilingi oleh pusat emisi yang berada di Sumatra Selatan dan Cilegon (Banten). Dengan demikian, Sunda-Asri dapat mendukung dekarbonisasi pada industri-industri tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, dulu industri migas yang menyimpan karbon sendiri dari aktivitas produksi migas. Tapi model bisnis baru saat ini adalah proses menangkap karbon yang dihasilkan dari carbon-intensive industry, di luar aktivitas hulu migas. Artinya, bukan hanya sektor migas yang menerapkan teknologi ini, tapi juga industri energi lain seperti aktivitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan industri lain yang memiliki gas buang dalam aktivitas operasionalnya.
Ilustasi ExxonMobil. Foto: Dok. SPHC
Melihat besarnya komitmen pemerintah terhadap penerapan teknologi CCS/CCUS, Egon yakin Indonesia memiliki posisi yang baik untuk melakukan hal ini karena Indonesia memiliki keterampilan yang diperlukan seperti para insinyur yang kompetitif, industri minyak dan gas yang matang dan maju.
“Indonesia harus melihat bagaimana potensi CCS dapat segera mungkin direalisasikan dalam rangka dekarbonisasi sektor energi dan industri,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, sejumlah negara uang sudah mengembangkan CCS/CCUS di antaranya Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Karena itu, Indonesia harus segera mulai mengembangkan infrastruktur CCS untuk bisa menangkap peluang bisnis tersebut.