Telkom: Merger Telkomsel dan Indihome Selesai di Akhir 2022 atau Awal 2023

16 September 2022 13:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Telkom blokir Netflix Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Telkom blokir Netflix Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menyatakan merger antara Telkomsel dan Indihome akan berlangsung pada akhir tahun 2022 atau paling lambat awal tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Direktur Strategic Portfolio Telkom Budi Setyawan Wijaya mengatakan, proses pengalihan bisnis keduanya saat ini sedang berjalan. Untuk itu, Ia berharap milestone akan terjadi di tahun depan melalui governance yang diperlukan termasuk beberapa persetujuan yang harus dilewati.
"Memang nantinya akan ada operation model dari yang akan diterapkan ketika nanti terjadi penggabungan ini kemudian bagaimana kita juga bisa me-leverage data data yang ada di kami bagaimana itu bisa juga memberikan guidance untuk memberikan servis yang terbaik kepada customer termasuk dari sisi perencanaan produk dan pengembangan network. Sesuai milestone memang sinergi ini akan kita mulai tahun depan," ujar Budi dalam public expose live 2022, Jumat (16/9).
Kendati demikian, Telkom mengharapkan merger ini terjadi secara soft landing, sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan baik ke pelanggan maupun ke potensial pelanggan. Adapun nantinya segmen konsumer akan dikelola oleh Telkomsel.
ADVERTISEMENT
"Proses sendiri sudah dijalankan saat ini bumn kota metransform unit terkait ketika ini jalan ini menjadi siap sehingga target yang kita harapkan bisa tercapai," kata dia.
Direktur Keuangan Telkom Indonesia Heri Supriadi mengatakan bahwa transaksi ini harus dilakukan secara fair dan transparan. “Kita harapkan antara akhir tahun atau awal tahun (depan) bisa kita selesaikan,” ungkap Heri.
Menurut Heri, Telkomsel dan Indihome akan merger secara teknologi dan operasi. Meski begitu, potensi yang akan ditangkap dari merger keduanya cukuplah besar mengingat  penetrasi fixed broadband atau Fiber to The Home (FTTH) di Indonesia masih rendah.
Di sisi lain, ada 60-70 juta rumah tangga yang berpotensi dijangkau oleh fixed broadband di Indonesia.