Telur Ayam Capai Rp 33.000/Kg, Mendag Minta Pemda Ikut Turunkan Harga

23 Desember 2022 14:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dan Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS) Arief Prasetyo saat melakukan subsidi distribusi telur di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (1/9/2022). Foto: Galang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dan Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS) Arief Prasetyo saat melakukan subsidi distribusi telur di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (1/9/2022). Foto: Galang/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebutkan harga telur ayam di pasaran masih tergolong tinggi, meskipun menurutnya tidak terlalu meroket seperti kedelai. Menurut data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga telur ayam ras berkisar di Rp 31.000 hingga Rp 33.000 per kilogram, dari akhir bulan November 2022 yang masih sekitar Rp 28.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Agar harga pangan tidak semakin meroket, Mendag menginstruksikan pemda untuk mengintervensi jika harga menembus kenaikan lebih dari 5 persen. Intervensi dilakukan dengan Dana Transfer Umum (DTU) yang di dalamnya termasuk Biaya Tak Terduga (BTT) sebesar 2 persen.
Untuk awalnya, pemerintah akan memberikan subsidi ongkos kirim. Namun jika harga tetap membengkak, maka pemerintah juga memiliki skema subsidi harga.
"Begini, kalau harganya naik lebih dari 5 persen, wali kota akan turun tangan. Ongkos telur misalnya dari Blitar, itu bisa ditanggung oleh pemerintah daerah. Kalau masih (mahal) juga bisa subsidi harga dari APBD, BTT yang jumlahnya 2 persen. Itu jarang habis, Jadi itu bisa digunakan," ujar Zulhas pada konferensi pers di Pasar Kebon Kembang, Bogor, Jumat (23/12).
ADVERTISEMENT
Zulhas juga mengatakan dana tersebut tersedia jika diperlukan dan dapat digunakan pemerintah daerah kapan saja sesuai kebutuhan.
“Anggaran ada terus, subsidi angkut ada terus. kapan saja (bisa digunakan). Karena itu dianggarkan dari BTT (biaya tidak terduga) itu 2 persen jadi uangnya ada. Itu bisa untuk transportasi bahkan juga bisa untuk subsidi harga. Dan itu nggak banyak. Misalnya subsidi ongkos cabe dari mana gitu ke sini nggak begitu mahal,” tutur Zulhas.
"Pendek kata pemerintah akan melakukan segala hal agar barangnya ada, harganya terjangkau," tutupnya.