Terancam Tenggelam, Harga Properti di Jakarta Utara Tetap Tinggi

6 Oktober 2021 12:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto aerial suasana perumahan "The Villas" yang berada di atas Mal Of Indonesia (MOI), kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (2/7). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Foto aerial suasana perumahan "The Villas" yang berada di atas Mal Of Indonesia (MOI), kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (2/7). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Ancaman Jakarta tenggelam karena permukaan tanah yang turun 10 hingga 12 sentimeter per tahun, tidak membuat harga properti di Ibu Kota terdampak. Misalnya saja di Jakarta Utara, yang menjadi kawasan dekat pesisir.
ADVERTISEMENT
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan banyak aspek yang mempengaruhi keputusan masyarakat tetap bertahan di huniannya yang sekarang. Mulai dari ikatan geografis, hingga komunitas.
"Jika memang daerah tersebut sudah mengikat secara geografis, strategis, dan karena komunitas, properti di sana tetap akan tinggi harganya," katanya dalam konferensi pers virtual, Rabu (6/10).
Ferry menggunakan wilayah hunian padat Kelapa Gading sebagai contoh. Ia mengatakan, meski sering terkena banjir, warga Kelapa Gading tidak pernah berpikiran untuk pindah. Bahkan, warga sekitar dinilai sudah terbiasa dengan kondisi yang ada saat ini.
"Contoh di Kelapa Gading selalu banjir, tapi saya tidak melihat ada orang yang kapok," lanjutnya.
Pendapat senada disampaikan Director Advisory Sales Colliers International Indonesia, Monica Koesnovagril. Dia menilai penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara masih sumir dan penuh asumsi.
ADVERTISEMENT
"Masih sumir kalau diasumsikan orang-orang Jakarta Utara akan pindah ke Selatan, masih sangat awal. Muka tanah sudah turun sejak lama, tetapi belakangan di-blow up lagi dari luar negeri. Jadi Pak Basuki (Menteri PUPR) kembali mempertegas itu," jelas Monica.
Foto aerial suasana perumahan "The Villas" yang berada di atas Mal Of Indonesia (MOI), kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (2/7). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebagai lembaga penyedia layanan kajian dan analisis, Colliers mengungkap bahwa tingginya harga tanah dan properti hunian di Jakarta Utara disebabkan oleh topangan infrastruktur dan teknologi yang juga mahal.
"Aman atau tidak aman bisa dipastikan dengan teknologi. Yang saya lihat, perumahan di utara jadi lebih mahal karena infrastrukturnya juga mahal. Mereka mengatasi ini (tanah turun) dengan teknologi, jadinya lebih mahal. Akhirnya, properti dan rumah di sana jadi mahal juga," beber Monica.
Baik dari pihak pengembang atau pemerintah, keduanya berusaha keras meminimalisasi dampak penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta Utara, terutama Pantai Indah Kapuk (PIK), Pluit, Muara Karang, dan Kelapa Gading.
ADVERTISEMENT
Salah satunya melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Pemerintah membangun tanggul pengaman pantai sepanjang 20 kilometer, penyediaan air bersih 3.500 liter per detik, hingga pengelolaan drainase.