Terbelit Utang, Jumlah Pesawat Garuda Indonesia Terus Menurun

10 Mei 2022 19:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia. Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia. Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
ADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah melakukan proses restrukturisasi utang atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Hingga 25 April, total utang yang tercatat di tim pengurus PKPU Garuda mencapai Rp 197 triliun. Kondisi ini menyebabkan jumlah pesawat yang dioperasikan Garuda Indonesia terus merosot.
ADVERTISEMENT
"Bulan Maret kemarin kita hanya punya 29 pesawat dari 71 pesawat pada Januari 2021 yang serviceable," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (10/5).
Irfan menjelaskan, kondisi tersebut disebabkan karena grounding notice dari Lessor dan keterbatasan dana yang dimiliki oleh Garuda untuk melakukan restorasi/maintenance.
Grounding notice dilakukan oleh Lessor tersebut dikarenakan selama 2 tahun terakhir, Garuda tidak melakukan pembayaran lease rates yang menjadi tanggung jawabnya.
"Beberapa waktu ini kita sudah bisa menambah beberapa pesawat, jadi posisi kita hari ini ada 35 pesawat untuk melayani penerbangan reguler maupun kargo, maupun internasional ditambah juga penerbangan Pak Presiden ke Washington," kata dia.
Ilustrasi logo Garuda Indonesia. Foto: ROMEO GACAD/AFP
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan bahwa pada Desember 2021 kinerja keuangan Garuda mencatatkan kinerja yang positif. Di mana pendapatan atau revenue menunjukkan angka yang lebih besar daripada pengeluaran.
ADVERTISEMENT
"Namun demikian di bulan Januari dan Februari dikarenakan pembatasan perjalanan oleh pemerintah, kita mengalami penurunan yang cukup drastis dari revenue, kita mencoba menurunkan cost juga secara signifikan namun tak bisa menutupi," ujar dia.
Namun, dia berharap Garuda bisa kembali mencatatkan hasil operasional positif pada Juni 2022. Hal tersebut diharapkan bisa tercapai asalkan Garuda bisa mempertahankan alat produksi yang ada.
Ditambah lagi, didukung oleh momentum adanya musim berangkat haji. Selain itu juga ada masa liburan tengah tahun yang bisa dimanfaatkan Garuda.
"Namun demikian kita menghadapi kenaikan harga avtur yang cukup signifikan," pungkasnya.