Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan Virgin Australia Holdings atau Virgin Airlines mengajukan permohonan kebangkrutan sukarela akibat dampak virus corona atau COVID-19 . Ditulis Reuters, Selasa (21/4), maskapai terbesar ke-2 di Negeri Kanguru ini kesulitan keuangan setelah gagal mengamankan pendanaan dari Pemerintah Federal Australia sebesar USD 887,60 juta atau setara Rp 13,67 triliun (kurs Rp 15.400).
ADVERTISEMENT
Manajemen pun menunjuk Deloitte sebagai konsultan agar perusahaan mampu menyelesaikan persoalan kebangkrutan, termasuk restrukturisasi keuangan. Meski mengajukan sukarela kebangkrutan dan menjalani restrukturisasi keuangan, Virgin Airlines tetap menjalankan penerbangan domestik dan internasional.
"Ini merupakan hari yang sulit bagi kita tapi kami yakin ini bukan akhir. Kami tidak bangkrut," kata CEO Virgin Australia, Paul Scurrah.
Pada program restrukturisasi ini, sebanyak 10 pihak tertarik untuk berpartisipasi membantu Virgin Airlines. Virgin Airlines sendiri tercatat memiliki utang 5 miliar dolar Australia per 31 Desember 2019 dan mencatatkan kerugian 7 tahun berturut-turut sebelum serangan pandemi global COVID-19. Virgin sendiri memiliki 10.000 karyawan yang terkait aktivitas perusahaan dan 6.000 karyawan yang tak langsung membantu operasional perusahaan.
ADVERTISEMENT
Pesaing utama Virgin, yakni Qantas Airways pun memperoleh angin segar, harga sahamnya langsung melonjak 7,2 persen pascapengumuman kesulitan keuangan Virgin Australia. Bila Virgin setop operasi, Qantas secara otomatis akan menjadi pemain tunggal dan memonopoli bisnis maskapai di Australia.
Pemegang saham maskapai penerbangan Virgin Australia, yakni 90 persen dikuasai oleh Singapore Airlines, Etihad Airways, HNA Group dan Virgin Group. Richard Brandson, pendiri Virgin Group dalam akun Twitter-nya, menjelaskan pihaknya akan berkolaborasi dengan otoritas Australia, manajemen, dan investor untuk membuat Virgin bangkit dan beroperasi normal.