Tergiur Cuan dari NFT? Ingat Lagi Bahaya Mengumbar Data Pribadi

20 Januari 2022 18:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi NFT (Non-Fungible Token). Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi NFT (Non-Fungible Token). Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kisah Ghozali Everyday peroleh cuan miliaran rupiah dari menjual ratusan foto pribadi telah mendorong publik mengidamkan peruntungan serupa. Pemilik nama lengkap Gustaf Al Ghozali menuai Rp 13 miliar berkat menjual 933 foto pribadi yang ia ambil selama 5 tahun lewat marketplace Non-Fungible Token (NFT) OpenSea.
ADVERTISEMENT
Ghozali yang mendadak tajir mengundang publik ikut-ikutan melirik dan mencari tahu apa itu NFT. Tak sedikit bahkan yang sampai mengunggah data pribadi seperti KTP atau foto-foto pribadi serupa yang dilakukan Ghozali.
Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital Firman Kurniawan mengingatkan masyarakat agar tak latah dan lantas melupakan risiko data pribadi. Ia membuka berbagai ancaman atau risiko yang kemungkinan bisa dialami.
"Jadi ketika misal bayangkan ada orang mau membuat prototipe wajah kita, itu pasti akan membutuhkan data tersebut. Sekarang ada 933 foto, itu kalau buat saya yang mendalami data, itu adalah data yang sangat lengkap," ujar Firman dalam diskusi virtual, Kamis (20/1).
"Jahatnya adalah kalau saya ingin membuat prototipe Ghozali, wajahnya 10 tahun mendatang, datanya sudah tersedia, akurat," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Ia menganalogikan, mengumbar data pribadi semisal ratusan foto seperti Ghozali, tak ubahnya seperti memberikan buku rekening berikut kode aksesnya kepada orang lain.
Firman mengamini, NFT menjadi produk investasi alternatif yang bisa saja keuntungannya lebih besar daripada bermain saham. Kendati begitu, ia mengingatkan agar setiap orang bisa lebih bijak memanfaatkannya dan tidak lantas mencoba peruntungan dengan meniru cara Ghozali.
"Ketika terjadi euforia semacam hari ini, pemerintah minimal harus masuk, menunjukkan literasi kelas aset ini. NFT ini memang bukan barang baru, tapi booming gara-gara Ghozali. Sumber penciptaan nilainya seperti apa publik harus tahu, mekanisme naiknya nilainya seperti apa," pungkas Firman.