Terkatung-katung Setengah Abad, Lelang Blok Natuna D-Alpha Sepi Peminat

16 Januari 2024 14:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Laut Natuna. Foto: Dispen AL
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Laut Natuna. Foto: Dispen AL
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian ESDM mengatakan belum ada pemenang lelang atau penawaran Wilayah Kerja (WK) Natuna D-Alpha yang merupakan bagian dari Blok East Natuna. Padahal, harta karun gas ini sudah terkatung-katung selama 50 tahun.
ADVERTISEMENT
Pemerintah sudah membuka lelang Blok Natuna D-Alpha bertepatan dengan pembukaan IPA Convention & Exhibition ke-47 di ICE BSD, Selasa (25/7). Lapangan ini memiliki luas 10.291,03 km2 dengan Komitmen Pasti 5 tahun mencakup studi GGRPE dan 1 sumur.
Koordinator Pokja Pengembangan WK Migas Konvensional Ditjen Migas, Ma'ruf Affandi, menuturkan lelang Blok Natuna D-Alpha sudah ditutup 22 Desember 2023. Hanya ada 1 peminat yang tertarik, namun akhirnya tidak ikut lelang.
"Ada peminat yang cukup tertarik, mereka info ke kami untuk hold dulu karena ada satu lain hal yang ingin dievaluasi sama mereka sehingga mereka tidak masukan dokumen partisipasi," ungkapnya di kantor Ditjen Migas, Selasa (16/1).
Ma'ruf menuturkan, pemerintah masih berkomunikasi secara intensif dengan peminat tersebut. Nantinya, perusahaan yang belum bisa disebutkan namanya tersebut akan ditawarkan skema joint study.
ADVERTISEMENT
"Awal tahun ini masih tentatif kalau ada yang minat joint study, mereka secara internal akan studi bersama kalau Januari sampai Maret tidak ada reformulasi kembali secara terukur mana yang kita pilih untuk tahap pertama, ini kalau Natuna kita bisa relaunching kembali," tutur dia.
Meski demikian, dia berharap ajang IPA Convention & Exhibition yang akan berlangsung Mei 2024 ini, kepastian pengelola Blok Natuna D-Alpha bisa semakin terang benderang.
Ma'ruf mengungkapkan, tantangan mengelola blok tersebut adalah kandungan CO2 yang besar hingga 70 persen, sehingga membutuhkan investasi jumbo untuk mengambil cadangan gasnya.
"Tantangannya CO2 yang sampai 70 persen sehingga itu jadi tantangan yang sangat butuh investasi yang sangat besar," pungkasnya.
Pengelolaan Blok Natuna D-Alpha sempat diungkit oleh Capres paslon 03, Ganjar Pranowo, saat Dialog Capres bersama Kadin Indonesia. Menurut dia, gas menjadi jembatan untuk transisi energi karena masuk komoditas fosil tapi ramah lingkungan dibandingkan minyak bumi.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, potensi gas bumi saat ini banyak di lepas pantai. Salah satunya di Natuna, dekat Laut Cina Selatan. Karena itu, Ganjar memandang perlu menggaet mitra kerja sama dari luar negeri untuk menggarap potensi gas di sana.
“Mari kita kurva EBT segera dimulai, kita ajak partner untuk bisa jalan. Laut Cina Selatan, di mana Blok Alpha Delta (Natuna D Alpha) di atas Natuna itu ada, saya sampaikan besok kita eksploitasi, karena satu kita dapat gasnya, geopolitiknya kita kuasai, (dan) itu lapisan pertahanannya kita akan bikin di sana. Dapat tiga-tiganya dan menyerap tenaga kerja,” terang Ganjar.
Sebelumnya, nasib Blok East Natuna di Pulau Natuna, Kepulauan Riau, terkatung-katung. Sejak ditemukan pada 1973 atau 50 tahun lalu, lapangan gas raksasa ini belum juga digarap.
ADVERTISEMENT
Sejak ditemukan hampir setengah abad lalu, cadangan gas Blok East Natuna mencapai 46 triliun kaki kubik (TCF). Cadangan ini merupakan yang terbesar di Indonesia, 4 kali lipat Blok Masela.
Mulanya ExxonMobil tertarik menggarap Blok East Natuna. Perusahaan migas asal Amerika Serikat ini mendapatkan hak kelola pada 1980. Namun pada 2007, pemerintah menghentikan kontraknya karena tak ada perkembangan.
Pada 2008, proyek ini diserahkan pemerintah ke Pertamina. Dua tahun berikutnya, ExxonMobil ikut lagi dalam proyek ini disusul dengan perusahaan migas Total dari Prancis dan Petronas dari Malaysia. Namun pada 2012, posisi Petronas digantikan perusahaan migas Thailand, PTT Exploration and Production.
Namun pada 2017, perusahaan migas asal Amerika Serikat ini mengembalikan ke pemerintah karena dianggap tak ekonomis. Konsorsium bubar, hanya menyisakan Pertamina. Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, menyebutkan BUMN itu akan melepasnya.
ADVERTISEMENT
“Dulu kan ada penugasan ke Pertamina. (Sekarang) kita kembalikan dulu ke negara, kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka di sela-sela acara International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas (IOG) 2022, Nusa Dua Bali, Kamis (24/11).