Terpilihnya Trump Dinilai Berdampak Positif bagi Sektor Energi dan Pertambangan

25 November 2024 17:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual di Hotel Marianna Samosir, Minggu (28/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Ekonom Bank BCA David Sumual di Hotel Marianna Samosir, Minggu (28/4). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dinilai akan membawa perubahan signifikan bagi kebijakan energi global termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual, menyatakan Trump cenderung mendukung sektor energi fosil dan komoditas. Berbeda dengan pendekatan pemerintahan Biden sebelumnya.
"Kalau kita lihat secara historis ketika beliau memerintah di 2016 sampai 2020 itu sokongannya terhadap sektor pertambangan minyak, gas itu cukup kuat. Berbeda dengan pemerintahan Biden yang kemarin," kata David dalam acara Minerba Expo 2024, Senin (25/11).
Dia juga menyoroti potensi perubahan isu global dalam empat tahun ke depan di bawah kepemimpinan Trump yang diyakini lebih berpihak pada energi fosil.
"Jadi secara keseluruhan memang saya melihat ada opportunity yang masih cukup besar di sektor ini [pertambangan]," katanya.
David menekankan pentingnya melanjutkan program hilirisasi sektor tambang yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada nikel. Menurutnya untuk proyek hilirisasi komoditas energi membutuhkan pendanaan yang besar.
ADVERTISEMENT
Namun, ia mengingatkan, pendanaan untuk proyek hilirisasi tidak bisa sepenuhnya bergantung pada perbankan domestik. Mengingat tantangan likuiditas yang semakin ketat.
Operator menyalurkan slag atau limbah nikel ke dalam wadah untuk dibawa ke tempat penampungan khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di kawasan pertambangan PT Vale Indonesia, Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
David juga menyoroti kebijakan tarif perdagangan Trump terhadap Tiongkok dan negara lain, yang diperkirakan memicu kenaikan inflasi di Amerika Serikat.
"Trump itu mengatakan bahwa dia akan menerapkan tarif. Jadi untuk produk-produk dari Tiongkok itu akan dikenakan tarif sampai 60 persen, bahkan lebih. Di luar Tiongkok itu 20 persen katanya tarifnya. Nah ini kan akan memicu kenaikan inflasi di Amerika Serikat," ujarnya.
Kondisi ini, menurut David, dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika yang mungkin tidak akan turun secepat perkiraan awal. Namun, penguatan dolar yang terjadi justru bisa memberikan dampak positif bagi sektor pertambangan Indonesia.
ADVERTISEMENT
David menambahkan, ketidakstabilan geopolitik global saat ini justru membuat harga komoditas relatif tetap tinggi.
"Ketidakpastian, ketidakstabilan geopolitik, perang itu membuat juga harga komoditas masih relatif tinggi," katanya.
Dalam jangka pendek, David memprediksi sektor pertambangan dan energi seperti batu bara mungkin akan stagnan. Namun, dalam jangka panjang, tren global dan kebijakan pro-komoditas Trump dinilai akan memberikan dampak positif bagi sektor ini.