Tertinggi se-Dunia, Bunga Bersih Bank di RI Dinilai Sulit Turun

9 Februari 2023 11:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Buku Rekening Bank. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buku Rekening Bank. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung bunga bersih bank (net interest margin/NIM) yang tertinggi di dunia, mencapai 4,4 persen. NIM ini paling tinggi dibandingkan negara lainnya.
ADVERTISEMENT
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin, mengatakan rata-rata NIM di seluruh dunia berada di bawah 4 persen. NIM perbankan di Indonesia yang tinggi inilah banyak diminati investor asing.
“Sulit buat bank untuk menurunkan NIM karena akan menimbulkan dampak kurang percayanya masyarakat dan nasabah terhadap likuiditas bank dan juga kesempatan untuk mendapatkan pendapatan bunga yang kompetitif,” kata Amin kepada kumparan, Kamis (9/2).
Menurut Amin, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat mengatur dan membuat angka maksimal NIM, hanya saja akan berat bagi perbankan. Ia mencontohkan pemerintah dapat menyatukan bank-bank tersebut dalam satu holding perbankan BUMN.
“Begitu besaran NIM diatur, maka secara tidak langsung ini mengatur cost of fund dan biaya bunga pinjaman, karena bank pasti punya hitungan sendiri untuk menetapkan besaran NIM,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Amin mengatakan penetapan NIM merupakan bagian dari strategi untuk menjaga likuiditas dan pendapatan. Sebaliknya, pengamat perbankan Paul Sutaryono menegaskan tidak benar bahwa bank sulit untuk menurunkan bunga.
“Meskipun suku bunga acuan BI sudah naik 225 bps tetapi suku bunga kredit bank belum naik sesuai kenaikan suku bunga acuan itu.Itu salah satu bukti bahwa bank sudah berusaha untuk menahan NIM supaya tidak terlalu tinggi ke depan,” imbuh Paul.
Paul mengungkapkan faktor geografis menjadi salah satu penyebab tingginya biaya operasional dan bisa dimaklumi karena Indonesia meliputi ribuan pulau. Tetapi sudah semestinya kendala geografis dapat diatasi dengan memanfaatkan perbankan digital.
“Tingginya NIM juga mengandung arti bahwa perbankan nasional kurang efisien. Tingkat efisiensi dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi. Dengan demikian, NIM dapat dikendalikan lebih rendah ke depan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, NIM yang tinggi membuat investor asing atau bank asing melirik bank lokal untuk diakuisisi. Hal itu baik untuk memperkuat permodalan bank lokal. Namun mayoritas kepemilikan oleh asing tetap harus dibatasi hingga 49 persen.
“Sudah ada suku bunga dasar kredit (SBDK) yang diharapkan mampu menahan komponen pembentukan suku bunga kredit. Sayangnya, SBDK belum sepenuhnya mampu mengendalikan suku bunga kredit,” pungkas Paul.