Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Terungkap, Beras-Tekstil Impor Ada di Dalam Kontainer yang Sempat Tertahan
7 Agustus 2024 15:13 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu ) baru mengungkapkan isi dari 26.415 kontainer yang sempat tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak pada Agustus 2024. Padahal, Menteri Perindustrian (Menperin ) Agus Gumiwang telah meminta data berupa isi dan informasi dalam kontainer tersebut sejak Juni 2024.
ADVERTISEMENT
Dari 26.415 kontainer tersebut, ternyata tidak semuanya merupakan bahan baku atau bahan modal impor . Ada ribuan kontainer yang merupakan barang konsumsi.
Dalam dokumen yang diterima kumparan, Rabu (7/8), ada 1.600 kontainer yang berisi beras impor. Sayangnya, tak diungkap secara rinci jenis beras impor tersebut dan asal negaranya.
Barang konsumsi selanjutnya yang ada di dalam kontainer tersebut yaitu olahan makanan lainnya, sebanyak 412 kontainer. Disusul oleh mesin cuci rumah tangga sebanyak 412 kontainer; mainan seperti boneka, mobil-mobilan, model skala, dan mainan semacamnya sebanyak 231 kontainer.
Ada juga barang konsumsi impor seperti alat pemanas listrik rumah tangga seperti setrika, pengering rambut, pemanas air sebanyak 199 kontainer; alas kaki dengan sol luar karet, plastik, kulit samak atau kulit komposisi sebanyak 169 kontainer; monitor, proyektor, televisi, Set Top Box sebanyak 84 kontainer; preparasi kecantikan dan kosmetik sebanyak 71 kontainer; kompor dan tunggu non elektronik sebanyak 65 kontainer; serta barang dan bahan lainnya dari plastik sebanyak 51 kontainer.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (PPAK) Indonesia, Solihin Sofian, menyayangkan ribuan kontainer yang sempat tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak, namun kemudian dilepaskan.
ADVERTISEMENT
"Coba bayangkan, dari hampir 27 ribu kontainer yang dilepaskan itu, ada berapa persen yang merupakan produk jadi kosmetika? Dan ada berapa persen produk jadi sektor lain?” katanya.
Solihin mengatakan, kondisi relaksasi impor saat ini juga ibaratnya memberi beban lebih besar pada sektor industri kosmetika. Sebab menurutnya, dengan aturan yang cukup ketat saja gempuran produk impor sangat masif, baik melalui jalur legal maupun jalur ilegal.
“Kami sangat khawatir karena produk-produk impor bisa masuk baik dengan status legal maupun ilegal. Bila itu ilegal, maka jelas akan terjadi kerugian negara yang sangat besar dari sisi pendapatan negara, dan perlindungan terhadap konsumen menjadi rentan," kata dia.