Teten Masduki Ungkap Rahasia Bagaimana China Menggilas Produk Lokal

31 Agustus 2021 10:08 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk elektronik di Pameran Teknologi Industri China di Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (11/8). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Produk elektronik di Pameran Teknologi Industri China di Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (11/8). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Produk impor asal China tak dipungkiri telah menggilas produk-produk lokal. Lebih dari 50 persen produk yang dijual di e-commerce berasal dari Negeri Tirai Bambu.
ADVERTISEMENT
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan akibat banjirnya produk asal China ini membuat pelaku usaha dalam negeri terancam gulung tikar karena kalah bersaing.
"Selama ini di e-commerce UKM kita kalah bersaing, harus diakui lebih dari 50 persen yang dijual produk impor," kata Teten saat Seminar Nasional Informatika dan Aplikasinya - Ke V | SNIA 2021 secara virtual, Selasa (31/8).
Teten mengungkap rahasia bagaimana produk China bisa mendominasi. Menurut dia, pelaku usaha China mendapat informasi melalui market intelligence terkait selera pasar di Indonesia. Bukan hanya Indonesia, panduan selera pasar ini juga diberikan untuk negara-negara lain.
"Setelah kami teliti ternyata UKM di sana itu mendapatkan panduan data market di Indonesia. Jadi e-commerce cross border mereka melakukan market intelligence untuk menangkap selera konsumen di setiap negara," ujarnya.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, berbicara di hadapan pelaku UMKM. Foto: Kemenkop UKM
Keberadaan informasi mengenai selera pasar domestik tersebut membuat para pelaku usaha tak ragu memproduksi barang dengan jumlah banyak. Harganya pun lebih murah. Teten menyebut produk-produk dari China dipastikan laku karena informasi yang sangat akurat tentang selera pembeli.
ADVERTISEMENT
"Dengan market intelligence ini infonya diberikan pelaku usaha UKM yang sesuai permintaan market. Yang gitu pasti bisa laku, karena itu pengiriman barangnya itu bisa sekaligus, borongan sehingga murah biaya logistiknya," jelas Teten.
Hal ini berbeda dengan yang terjadi oleh pelaku usaha di Indonesia yang terhambat biaya logistik yang tinggi karena mengirimkan barang dalam jumlah kecil.
"Nah problem kita UKM kita misal mengirimkan barang ke luar ritel ekspor itu selalu besar di ongkos. Itu satuan unit kecil sementara dari luar, China mereka datang kontainer sangat banyak biaya logistik jadi murah," kata Teten.