The Fed Bakal Gelar Evaluasi Kebijakan Moneter Usai Trump Dilantik

24 November 2024 10:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Federal Reserve. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Federal Reserve. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) akan melakukan konferensi bertajuk Fed Listen pada 15-16 Mei 2025 di berbagai wilayah AS.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan BBC News, Donald Trump akan dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat dalam Upacara Pelantikan ke-60 pada 20 Januari 2025 bersama wakil terpilihnya, yakni JD Vance.
Kegiatan ini merupakan bagian dari tinjauan strategi jangka panjang dan pendekatan kebijakan yang dilakukan bank sentral tersebut.
Mengutip Reuters Minggu (24/11), kegiatan kajian kerangka kerja merupakan analisis rutin lima tahunan terhadap pendekatan kebijakan moneter The Fed.
Kajian ini diawali dengan diskusi internal para pembuat kebijakan pada Januari 2025, kemudian dilanjutkan dengan konferensi dan acara komunitas untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak di luar lembaga tersebut.
“Kami terbuka terhadap ide-ide baru dan masukan kritis. Kami akan mempelajari pengalaman lima tahun terakhir dan menyesuaikan pendekatan kami jika diperlukan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat Amerika,” kata Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya.
Ketua Dewan Cadangan Federal Jerome Powell berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal. Foto: AFP
Meski tinjauan ini mencakup berbagai aspek kebijakan, Powell menegaskan target inflasi The Fed sebesar 2 persen tidak akan menjadi fokus kajian kali ini. Hal ini mungkin mengecewakan sebagian pihak, termasuk akademisi dan analis kebijakan, yang menganggap target inflasi tersebut perlu ditinjau kembali.
ADVERTISEMENT
Revisi terakhir terhadap kerangka kerja kebijakan The Fed dilakukan pada 2020, pasca kajian serupa pada 2019. Kala itu, The Fed memberi penekanan lebih besar pada tujuan ketenagakerjaan dan memperbolehkan inflasi yang lebih tinggi untuk mengimbangi periode inflasi rendah, seperti yang terjadi pada 2010-an hingga pandemi COVID-19.
Namun, beberapa pihak menilai pendekatan tersebut, serta cara penerapannya, turut memperlambat respons The Fed terhadap lonjakan inflasi yang dimulai pada 2021.
Dalam sebuah acara di Dallas Fed pada 14 November 2024, Powell menggarisbawahi pertanyaan kunci yang perlu dijawab dalam tinjauan ini. “Apakah kerangka kerja saat ini perlu diubah untuk mencerminkan kondisi suku bunga yang lebih tinggi? Beberapa perubahan yang kami buat mungkin tidak lagi relevan atau bahkan tidak seharusnya menjadi dasar kebijakan,” kata Powell.
ADVERTISEMENT
Powell juga menyinggung pentingnya mempertimbangkan kembali kebijakan panduan ke depan yang diterapkan selama pandemi. Kebijakan ini menjanjikan suku bunga rendah hingga pasar tenaga kerja pulih, tetapi belakangan dikritik karena dianggap menghambat respons The Fed terhadap lonjakan inflasi pada 2021.
Jerome Powell Foto: REUTERS/Jonathan Crosby
Pada 2010-an, The Fed menghadapi suku bunga acuan yang mendekati nol dan inflasi rendah meskipun kondisi keuangan longgar. Hal ini memicu kekhawatiran tentang potensi stagnasi ekonomi jangka panjang. Kerangka kerja 2020 dirancang untuk situasi tersebut, dengan memberi prioritas lebih besar pada lapangan kerja karena inflasi tinggi dianggap bukan risiko besar saat itu.
Kini, dengan situasi ekonomi yang berbeda, The Fed akan mempertimbangkan apakah kebijakan yang ada masih relevan. Isu lain yang mungkin menjadi sorotan adalah cara bank sentral mengomunikasikan rencana kebijakan, termasuk apakah perlu menghindari janji eksplisit terkait keputusan suku bunga di masa depan.
ADVERTISEMENT
Tinjauan ini diharapkan menghasilkan kebijakan yang lebih responsif dan relevan dengan dinamika ekonomi saat ini, demi menjaga stabilitas ekonomi dan melayani kebutuhan masyarakat AS.