Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed diproyeksi akan menaikkan suku bunga satu kali lagi hingga akhir tahun 2023. Hal itu dilakukan guna menjangkar inflasi kembali ke batas The Fed 2 persen.
ADVERTISEMENT
"Untuk mengalahkan inflasi The Fed memerlukan satu kali kenaikan suku bunga AS. Kemudian menahannya untuk sementara," kata Presiden Federal Reserve (Fed) Cleveland, Loretta Mester kepada Reuters, dikutip Minggu (27/8).
Mester mengungkapkan, The Fed baru akan menurunkan suku bunga pada akhir 2024. Artinya, sepanjang 2024 The Fed akan menahan suku bunga di level tertingginya.
Pada Juli lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen-5,5 persen pada Rabu (26/7).
Saat itu, Ketua Fed Jerome Powell bilang masih ada potensi bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga di September mendatang. Namun hal tersebut tergantung pada data yang berkembang.
"Sangat mungkin bahwa kami akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan September jika datanya diperlukan, dan saya juga akan mengatakan bahwa mungkin kami akan memilih untuk tetap stabil pada pertemuan itu," kata Powell.
ADVERTISEMENT
Powell memperingatkan agar tidak mengharapkan pelonggaran suku bunga dalam waktu dekat. "Kami akan merasa nyaman memangkas suku bunga, itu tidak akan terjadi tahun ini," imbuhnya.
Di sisi lain, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi bank sentral AS, The Fed, masih agresif menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) di September 2023 hingga dua kali lipat dari baseline, alias 50 basis poin (bps).
Adapun BI masih mempertahankan suku bunga acuan alias BI 7 Day Repo Rate di Agustus 2023 sebesar 5,75 Persen. Namun, selain melihat pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang rendah, Indonesia juga belum lepas dari dampak ekonomi global seperti kenaikan suku bunga AS.
"Kami perkirakan September ini masih akan menaikkan Fed Fund Rate, bahkan juga ada probabilitas 2 kali lipat," ujarnya saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (24/8).
ADVERTISEMENT
Perry menuturkan, sebelumnya BI memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga satu kali lagi di September 2023, setelah pada Juli 2023 telah naik 25 bps menjadi 5,25 persen-5,5 persen. "Tapi baseline kami satu kali. Tapi ada potensi risiko 2 kali karena inflasi masih tinggi dan ekonominya kuat, itu di AS," jelasnya.
Dia menuturkan, BI juga tengah mengantisipasi perlambatan ekonomi China dan kebijakan moneter bank sentral Jepang yang dovish alias menunda atau menurunkan kenaikan suku bunga, bakal mendorong penguatan dolar AS.
"Ini menjadi fokus kita, bagaimana kita memitigasi risiko rambatan global tadi, bagaimana mencapainya. Jamunya bukan suku bunga, tapi jamunya intervensi di domestik non delivery forward, intervensi valas, itu terus kami stabilkan," jelas Perry.
ADVERTISEMENT