The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Bps, Powell: Ada Risiko Perlambatan Ekonomi AS
ADVERTISEMENT
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada Rabu (27/7). Ini merupakan kenaikan suku bunga The Fed dua kali berturut-turut sebagai upaya menekan inflasi yang tak terkendali tanpa menciptakan resesi.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Kamis (28/7), dengan demikian suku bunga pinjaman overnight menjadi di kisaran 2,25 persen - 2,5 persen, pergerakan pada Juni dan Juli 2022. Ini menjadikan tindakan yang paling ketat The Fed secara beruturut-turut sejak awal 1990-an.
Kenaikan suku bunga The Fed 75 bps ini sejalan dengan ekspektasi para investor. Apalagi setelah The Fed menekankan pentingnya menurunkan inflasi, meskipun akan memperlambat ekonomi.
“Ketika sikap kebijakan moneter semakin ketat, kemungkinan akan tepat untuk memperlambat laju kenaikan sementara kami menilai bagaimana penyesuaian kebijakan kumulatif kami mempengaruhi ekonomi dan inflasi,” kata Powell.
The Fed juga sekali lagi menekankan inflasi yang meningkat ini dianggap sebagai masalah rantai pasokan dan harga makanan dan energi yang lebih tinggi bersama dengan tekanan harga yang lebih luas.
ADVERTISEMENT
Adapun tingkat inflasi AS pada Juli 2022 sebesar 9,1 persen secara year on year. Powell pun menargetkan inflasi AS ini bisa turun di sekitaran 2 persen, meskipun menyesuaikan tujuan itu pada 2020 untuk memungkinkannya berjalan sedikit lebih panas demi kepentingan pekerjaan penuh dan inklusif.
Risiko Ekonomi AS Melambat
Powell mengatakan The Fed berkomitmen kuat untuk mengurangi inflasi dan mengatakan bahwa hal itu dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum dan pasar tenaga kerja pada khususnya.
“Kami pikir perlu untuk memperlambat pertumbuhan. Pertumbuhan akan melambat tahun ini karena beberapa alasan,” katanya. Perekonomian, tambahnya, mungkin akan tumbuh di bawah tren jangka panjangnya untuk jangka waktu tertentu.
“Kami benar-benar berpikir bahwa kami membutuhkan periode pertumbuhan di bawah potensi untuk menciptakan kelonggaran,” lanjut Powell.
ADVERTISEMENT
Upaya penurunan inflasi bukan tanpa risiko. Ekonomi AS tertatih-tatih di ambang resesi karena inflasi memperlambat pembelian konsumen dan menghambat aktivitas bisnis.
PDB kuartal pertama turun 1,6 persen secara tahunan, dan pasar bersiap untuk pembacaan pada kuartal kedua yang akan dirilis Kamis yang dapat menunjukkan penurunan berturut-turut, barometer yang banyak digunakan untuk resesi.
Powell mengatakan dia tidak berpikir ekonomi berada dalam resesi, meskipun pertumbuhan negatif pada kuartal pertama dan diperkirakan hampir tidak positif pada kuartal kedua.
“Pikirkan tentang apa itu resesi. Ini adalah penurunan berbasis luas di banyak industri yang bertahan lebih dari beberapa bulan. Ini sepertinya tidak seperti itu sekarang, ” ujarnya.
"Alasan sebenarnya adalah pasar tenaga kerja telah menjadi sinyal kekuatan ekonomi yang begitu kuat sehingga membuat Anda mempertanyakan data PDB,” tutur Powell.
ADVERTISEMENT