The Fed Naikkan Suku Bunga Jadi 0,75 Persen, Tertinggi dalam 22 Tahun

5 Mei 2022 6:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
zoom-in-whitePerbesar
New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) pada Rabu (4/5), Kebijakan tersebut akan membuat kisaran target untuk suku bunga dana federal mencapai 0,75 persen hingga 1 persen dari sebelumnya di rentang 0,25 hingga 0,5 persen.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Kamis (5/5), naiknya suku bunga acuan The Fed 50 bps merupakan lompatan terbesar dalam 22 tahun terakhir. Usai rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Gubernur The Fed Jerome Powell mengimbau warga Amerika agar bersabar menghadapi inflasi yang kian tinggi sambil para pejabat mengambil tindakan berat agar ekonomi AS bisa dikendalikan.
Powell mengatakan pembuat kebijakan siap untuk menyetujui kenaikan suku bunga 50 bps pada pertemuan kebijakan mendatang pada Juni dan Juli. Menurutnya, kenaikan suku bunga yang sudah dipikirkan Fed tidak akan menyenangkan karena mereka memaksa warga Amerika untuk membayar lebih banyak untuk hipotek rumah dan pinjaman mobil, dan mungkin mengurangi nilai aset.
"Ini sangat tidak menyenangkan. Jika Anda adalah warga ekonomi normal, maka Anda mungkin tidak memiliki banyak ekstra untuk dibelanjakan dan ini segera berdampak pada pengeluaran Anda untuk bahan makanan, bensin, energi dan hal-hal seperti itu. Jadi kami memahami rasa sakitnya," kata Powell tentang dampak inflasi rumah tangga, yang berjalan sekitar tiga kali lipat dari target 2 persen The Fed.
ADVERTISEMENT
Powell bertekad untuk memulihkan stabilitas harga, bahkan jika langkah-langkah akan mengarah pada investasi bisnis dan pengeluaran rumah tangga yang lebih rendah dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat. Implikasi dari inflasi yang tidak terkendali, katanya, lebih buruk.
"Pada akhirnya, semua orang lebih baik dengan harga yang stabil," ujar Powell.
Namun, Powell merasa ekonomi AS berkinerja baik dan cukup kuat untuk menahan kenaikan suku bunga yang akan datang tanpa didorong ke dalam resesi atau melihat peningkatan pengangguran yang signifikan. Para pejabat menegaskan risiko peningkatan inflasi untuk bertahan, termasuk perang di Ukraina dan lockdown virus corona baru di China.
Jerome Powell Foto: REUTERS/Carlos Barria
"Komite sangat memperhatikan risiko inflasi," pungkas The Fed dalam bahasa analis yang ditafsirkan sebagai tanda komitmen Fed untuk mendorong suku bunga setinggi yang diperlukan untuk mendapatkan inflasi, kembali ke target 2 persen.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu mengatakan neraca The Fed melonjak menjadi sekitar USD 9 triliun karena bank sentral berusaha melindungi ekonomi dari pandemi, akan dibiarkan turun sebesar USD 47,5 miliar per bulan pada Juni, Juli dan Agustus, bahkan menyentuh USD 95 miliar per bulan yang dimulai pada September.
The Fed juga mengatakan untuk mengurangi simpanan aset sekitar USD 9 triliun yang terakumulasi untuk memerangi dampak ekonomi dari pandemi virus corona sebagai alternatif mengendalikan inflasi mulai bulan depan.
Pasar saham AS melonjak setelah pengumuman tersebut, memperpanjang kenaikan. Indeks S&P 500 (.SPX) ditutup sekitar 3 persen lebih tinggi, mencatatkan persentase kenaikan satu hari terbesar dalam hampir setahun.